Just another free Blogger theme

Engine safety devices merupakan perangkat yang terpasang untuk melindungi mesin dari ketidaknormalan (abnormal condition). Bekerjanya engine safety devices akan mencegah kerusakan material dan/atau kecelakaan kerja yang bersifat fatal selama operasional mesin.

Berdasatkan kontrol penggeraknya, engine safety devices terbagi menjadi tiga jenis yaitu,
  1. Kontrol mekanis (mechanical control devices). Jenis pengaman ini terdiri dari susunan komponen perangkat keras yang akan aktif bekerja secara mekanis saat mendapat pengaruh (input) dari sistem.
  2. Kontrol elektrik (electric control devices). Jenis pengaman mesin ini terdiri dari rangkaian kelistrikan yang akan aktif bekerja saat mendapat pengaruh (input) dari sistem.
  3. Kontrol pneumatis (pneumatic control devices). Jenis pengaman ini memanfaatkan udara bertekanan untuk sebagai sistem kendali setelah menerima input dari sistem.
Penerapan penggunaan engine safety devices tidak jarang menggunakan kombinasi dari jenis kontrol tersebut diatas. Misalnya kontrol mekanik-pneumatik, mekanik-elektrik atau yang lainnya (menyesuaikan dengan ketentuan maker).

Jenis pengaman mesin ini ada yang secara langsung akan menghentikan mesin, menormalkan sistem, atau hanya memberikan indikator alarm sebagai informasi lepada operator mesin.
Beberapa jenis engine safety devices yang pada umumnya terpasang pada mesin diantaranya adalah,
  1. Cylinder safety valve. Merupakan katup pengaman yang bergerak mekanis yang akan membuka saat terjadi tekanan pembakaran berlebih dalam silinder mesin. Setelah tekanan dalam silinder kembali normal, katup akan kembali menutup karena pengaruh gaya dorong oleh spring yang terpasang didalamnya.
  2. Crankcase relief valve. Merupakan katup pengaman yang prinsip kerjanya hampir sama sperti cylinder safety valve dan terpasang pada permukaan dinding ruang engkol. Saat crankcase oil mist mengalami peningkatan konsentrasi dan tekanan, katup pengaman ini akan terbuka sehingga akan turut mencegah terjadinya crankcase explosion.
  3. Crankcase oil mist detector. Pada mesin modern, peningkatan tekanan dan konsentrasi uap minyak dapat terdeteksi melalui perangkat ini. Aktifnya alarm atas kondisi ini selain akan membuka relief velve, juga akan mengaktifkan peran engine shut-down apabila kondisi dalam mesin tidak semakin membaik.
  4. Over speed. Merupakan sistem pengaman yang terpasang pada mesin untuk mencegah putaran berlebih pada mesin. Pada umumnya over speed alarm akan aktif bekerja saat mesin beroperasi lebih dari 110% maximum continous rate. Sebagai sistem kendali pengamanan, saat mesin bekerja melebihi 110% MCR dan akan mengaktifkan over speed alarm untuk mengakifkan engine shut-down.
  5. Lube oil low pressure. Pada saat tekanan minyak lumas turun, sistem akan mengaktifkan LO low pressure alarm sebagai informasi atas kondisi mesin kepada operator. Namun apabila tekanan minyak lumas mesin semakin turun, sistem akan mengaktifkan LO low pressure trip/shut-down untuk mematikan mesin. Sistem bertingkat ini (dari alarm menjadi trip/shut-down) menjadi penunjang amannya operasional mesin karena mencegah kegagalan pelumasan pada mesin.
  6. Thrust bearing high temperature. Merupakan indikator terhadap peningkatan temperatur yang dialami oleh thrust pad bearing. Indikator ini harus segera mendapat tindakan untuk mencegah hal yang lebih fatal seperti shaft-jam. Sistem yang terpasang akan mengaktifkan shut-down engine untuk menjamin kemanan operasional mesin apabila instrumen alarm belum dapat teratasim
  7. Manual stop / em'cy stop engine. Merupakan perangkat (biasanya berbentuk tombol) yang digunakan untuk menghentikan operasional mesin secara cepat dalam kondisi darurat. Pada umumnya tombol ini terletak pada beberapa tempat yaitu anjungan, engine control room, engine side kamar mesin dan pintu masuk kamar mesin. Tombol darurat ini harus dalam kondisi terjaga dengan baik dan hanya dapat dioperasikan saat kondisi darurat saja.
  8. Interlock. Sistem pengaman ini akan "mengunci" pilot air yang akan masuk kedalam air distributor sehingga secara sementara sistem udara pejalan menjadi tidak aktif. Pada umumnya, interlock akan berfungsi apabila turning gear dalam kondisi engage pada fly wheel. Kondisi ini akan menjamin keamanan saat melakukan perawatan terhadap mesin.


Tuas turning gear yang akan mengaktifkan interlock system. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis.

Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 komentar:

Posting Komentar