Just another free Blogger theme

Tampilkan postingan dengan label Electrical. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Electrical. Tampilkan semua postingan
Side thruster adalah perangkat pendorong melintang di haluan (bow thruster) dan/atau buritan (stern thruster) untuk membantu manuver kecepatan rendah untuk kepentingan sandar (berthing), tinggalkan dermaga (un-berthing), koreksi posisi saat angin/arusan kuat, dan dynamic positioning (jika ada).



Diatas kapal, side thruster digerakkan menggunakan beberapa jenis sumber prime-mover. Diantaranya adalah,
  • Direct diesel engine. Menggunakan mesin independen yang digunakan unt menggerakkan motor thruster.
  • Hydraulic. Menggunakan sistem penggerak hidrolis yang umumnya digunakan untuk unit dimensi kecil - menengah dengan respons yang cepat.
  • Electric low voltage (400-690V).
  • Electric medium voltage (3.300 V - 6.600 V).

Penggunaan tegangan medium sebagai penggerak thruster diatas kapal memiliki beberapa alasan sebagai berikut,
  1. Thruster memiliki daya output yang besar. Sehingga memerlukan input tegangan yang cukup besar.
  2. Dengan tegangan yang lebih tinggi, maka arus yang melewati kabel penghantar menjadi lebih rendah. Karena menggunakan arus rendah, maka kebutuhan material kabel menggunakan penampang yang kecil.
  3. Rugi daya menjadi lebih rendah. Dengan arus rendah, panas pada kabel akan semakin rendah. Kondisi ini memungkinkan efisiensi yang lebih tinggi.
  4. Dengan tenganan 3.300V, meminimalkan kerugian tegangan di jalur kabel panjang. Posisi BT-ST jauh dari sumber power utama (engine room) membutuhkan kabel yang panjang. Dengan tegangan 3.300V maka akan meningkatkan efisiensi sistem transmisi daya dari alternator ke motor penggerak thruster.

Perhitungan dibawah ini adalah contoh perbandingan motor penggerak thruster sebesar 970 kW menggunakan tegangan 440 V (cos phi 0,9) dengan 3.300V (cos phi 0,95).

(Umumnya cos phi tegangan rendah 0,85 - 0,9 dan tegangan menengah cos phi 0,9 - 0,95)


I =  P / (V . √3 . Cos phi)

 

Pada tegangan 440V

I = 970.000 / (440 . √3 . 0,9)

I = 1.414,22 A



Pada tegangan 3.300V

I = 970.000 / (3300 . √3 . 0,95)

I = 178,63 A


Panel starter & indikator arus motor penggerak BT-ST. (Foto: Dokumentasi pribadi).





Untuk dapat mengendalikan arah kapal, peran kemudi sangat penting supaya kapal dapat berlayar pada alur pelayaran yang telah ditentukan. Keselamatan pelayaran juga turut ditunjang oleh fungsi kemudi yang baik. 
Dalam prakteknya dilapangan, tidak jarang ditemui kerusakan sistem kemudi yang mengakibatkan arah kapal tidak dapat dikendalikan.

Sistem kemudi kapal. (Foto: Dokumentasi penulis)



Sistem kemudi darurat. 
Sistem ini difungsikan saat sistem kemudi utama gagal digunakan untuk mengendalikan arah kapal. 
Beberapa kondisi yang memerlukan operasional kemudi darurat diantaranya adalah,
  1. Kerusakan sistem hidrolis dan/atau sistem kontrol elektrik pada kemudi utama.
  2. Kerusakan sistem penggerak mekanis pada sistem kemudi utama.
  3. Kehilangan daya hidrolis dan/atau power elektrik penggerak pompa.
  4. Sistem kendali dari anjungan tidak berfungsi dengan baik.
  5. Kondisi darurat akibat kapal mengalami tabrakan atau kebakaran.
Dalam fungsional sistem kemudi darurat, umumnya digerakkan menggunakan tuas manual, roda kemudi mekanis atau menggunakan pompa hidrolis (yang sumber kelistrikannya di supply dari ESB-emergency switch board).

Beberapa catatan penting yang perlu dipahami sebelum dan saat memfungsikan peran kemudi darurat diantaranya adalah,
  • Melakukan pengujian secara berkala untuk memastikan sistem berfungsi dengan baik.
  • Informasikan kepada Nakhoda atau mualim jaga dianjungan terkait dengan fungsional sistem kemudi darurat.
  • Sistem komunikasi internal antara ruang kemudi dengan anjungan harus berfungsi secara cepat, normal dan dalam kondisi baik.
  • Saat memfungsikan peran kemudi darurat, kecepatan kapal harus dikurangi supaya kemudi lebih mudah digerakkan untuk mengendalikan arah kapal.
Apabila terjadi kerusakan generator, supply kelistrikan akan dipenuhi dari operasional emergency generator (secara otomatis auto-start saat terjadi gangguan supply kelistrikan dari main power). 
Emergency generator memiliki kapasitas yang kecil apabila dibandingkan dengan main generator. Kapasitasnya yang kecil hanya dimanfaatkan sebagai emergency power supply. Beberapa beban kelistrikan yang disupply oleh emergency generator diantaranya adalah,
  1. Lampu penerangan darurat (emergency lamp) pada beberapa titik (saja).
  2. Lampu navigasi dan alat komunikasi radio.
  3. Mesin pompa kemudi.
  4. Main air compressor.
  5. Dewi-dewi sekoci (boat davit)
  6. Bilge pump.

Pada umumnya, beberapa tambahan auxiliary machineries yang disupply oleh emergency generator tidak sama pada masing-masing kapal.

Lampu indoor sebagai emergency lamp. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)


Emergency lamp terpasang pada beberapa titik diatas kapal dimaksudkan untuk memudahkan identifikasi evacuation route. Secara sederhana, lampu penerangan darurat dapat diidentifikasi dengan terpasangnya stiker warna merah pada cover lampu (lampu indoor) dan cat warna merah pada cover / fitting lampu (lampu outdoor). Tegangan kerja lampu darurat bervariasi dengan pilihan 110VAC / 220VAC yang langsung disupply dari emergency switch board dan 24VDC yang disupply dari emergency battrey.

Lampu navigasi dan perangkat komunikasi radio, selain disupply dari emergency switch board juga di back-up dari emergency battrey. Kondisi ini dimaksudkan apabila kapal dalam kondisi dead ship, masih ada power supply untuk berkomunikasi dengan eksternal kapal.

Pompa mesin kemudi mendapatkan supply dari emergency power supply dimaksudkan untuk membantu bermanouver (walaupun tidak dapat bergerak sendiri). Misal, pada saat kapal di-towing. Pada beberapa jenis kapal dengan emergency steering berpenggerak manual, maka emergency power supply tidak didesain untuk mensupply mesin kemudi.

Main air compressor mendapatkan supply dari emergency generator dimaksudkan supaya dapat men-start main generator. Sedangkan untuk start emergency generator dapat menggunakan emergency compressor atau dengan menggunakan motor starter yang menggunakan battrey. Penataan ini sifatnya kondisional sesuai dengan maker yang mendesain bentuk kapal.

Seperti halnya bilge pump & boat davit sifatnya juga kondisional (tidak sama untuk semua kapal), menyesuaikan jenis, bentuk dan peruntukan kapal.

Diatas kapal, sering digunakan kontaktor dan relay dalam rangkaian sistem komtrol dan instalasi kelistrikan. Pada dasarnya kontaktor dan relay memiliki fungsi yang sama yaitu memutus dan menyambungkan aliran listrik pada sebuah rangkaian atau instalasi kelistrikan.

Kontaktor dan relay. (Photo by: Dokumentasi pribadi penulis)



Kesamaan fungsi pada kedua komponen tersebut diatas, bukan berarti kedua komponen tersebut dapat digunakan pada rangkaian dan instalasi yang sama. Antara kontaktor dan relay memiliki "karakter" masing-masing saat digunakan pada instalasi kelistrikan. Artinya, walaupun memiliki kesamaan fungsi, kontaktor dan relay memiliki perbedaan penggunaan.

Terkait perbedaan tersebut, harus dipahami supaya dalam penggunaannya operator dapat memilih atau menentukan akan menggunakan kontaktor ataukah relay pada rangkaian kelistrikannya.

Perbedaan mendasar antara kontaktor dan relay adalah sebagai berikut.

Kontaktor
  • Secara fisik memiliki dimensi yang lebih besar dan dapat digunakan untuk mengalihkan beban arus  hingga 12.500 Ampere.
  • Terdiri dari tiga terminal untuk line kelistrikan tiga phase, dengan kondisi normally open (NO).
  • Digunakan pada rangkaian starter motor, lampu-lampu dan beban kelistrikan lainnya yang memiliki beban arus tinggi.



Relay
  • Secara fisik memiliki dimensi yang lebih kecil dan  dapat digunakan untuk mengalihkan beban arus maksimal 20 Ampere.
  • Memiliki jumlah terminal yang bervariasi dengan kondisi normally open (NO) & normally close (NC) pada satu unit relay.
  • Digunakan pada rangkaian sistem kontrol, switching, sistem proteksi dan/atau otomatisasi rangkaian elektronik kecil.


Elektro motor merupakan salah satu jenis perangkat kelistrikan diatas kapal yang mengubah energi listrik menjadi energi kinetik. Pemanfaatan energi kinetik dari elektro motor ini menjadi sangat diperlukan untuk menunjang operasional pompa-pompa, kompressor, blower serta permesinan yang lainnya diatas kapal.


Contoh gulungan stator elektro motor yang kondisinya lembab dan berminyak (atas) dan kotor (bawah).
(Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)


Untuk menjamin optmalisasi kinerja elekro motor dalam menggerakkan auxiliary machineries, maka diperlukan tindakan perawatan diantaranya adalah sebagai berikut,

1. Penggantian ball-bearing elektro motor.

Ball bearing yang terpasang pada kedua ujung poros stator merupakan salah satu komponen yang terpenting pada elektro motor untuk menumpu beban poros stator dan menjamin poros dapat berputan dengan baik secara ballance and alignment.

Ball-bearing yang terpasang harus dipantau kondisinya. Selain melakukan pemantauan secara visual terhadap kondisi fisik ball-bearing, hal yang perlu dilakukan adalah dengan mencatat jam kerja (running hours) selama ball-bearing dipasang. Pencatatan running hours menjadi sangat penting karena jam kerja komponen selalu berbanding lurus dengan fungsi komponen itu sendiri. Artinya, komponen yang memiliki jam kerja relatif tinggi maka sangat memungkinka terjadi penurunan fungsi.

Penggantian ball bearing yang terpasang pada shaft rotor elektro motor.
(Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)

Kerusakan yang terjadi pada ball-bearing sangat memungkinkan akan perjadinya un-balance & un-alignment putaran rotor elektro motor yang memungkinkan terjadinya gesekan antar komponen sebagai pemicu terjadinya kerusakan.

Pada umumnya, maker telah memberikan panduan perawatan ball-bearing serta memberikan informasi ukuran dan jenis ball bearing yang digunakan yang tertulis pada name plate elektro motor.

2. Greasing ball-bearing secara berkala.

Salah satu perawatan ringan terhadap elektro motor adalah dengan melakukan greasing ball-bearing yang menopang poros rotor elektro motor. Pekerjaan perawatan ini dilakukan secara berkala untuk menjamin ball bearing terlumasi dengan baik pada saat operasional. Kegagalan pelumasan yang terjadi pada ball-bearing pada saat operasional akan mempercepat terjadinya kerusakan.

3. Pemeriksaan tahanan isolasi gulungan stator elektro motor

Pengukuran tahanan isolasi menjadi salah satu hal penting yang dilakukan untuk menjamin elektro motor dapat beroperasi dalam waktu yang cukup lama.

Pemeriksaan tahanan isolasi pada gulungan stator elektro motor.
(Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)


4. Pembersihan dan penambahan kembali red-insulating varnish

Pembersihan lilitan stator elektro motor perlu dilakukan secara berkala untuk menjamin optimalisasi kinerja selama operasional. Setelah dilakukan pembongkaran, selanjutnya stator di-"cuci" menggunakan electric contact cleaner. Setelah dilakukan pembersihan, selanjutnya lilitan stator dikeringkan dan dipanaskan "oven" sebelum dilakukan penambahan red-insulating varnish pada permukaannya.

Stator elektro motor yang telah selesai dibersihkan dan ditambahkan red-insulating varnish.
(Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)


Kontaktor menjadi salah satu komponen yang banyak ditemui dalam rangkaian kelistrikan diatas kapal. Pentingnya penggunaan diatas kapal menjadi dasar pentingnya perawatan kontaktor tersebut. Dalam suatu kondisi, tidak jarang ditemukan adanya "musibah" kontaktor yang terbakar.
Apabila kontaktor dalam suatu rangkaian penggerak sudah dalam kondisi terbakar, pastinya sistem yang difungsikan sebagai penggerak tidak dapat difungsikan. Dalam kondisi tersebut menjadi kendala untuk dapat meyelesaikan suatu proyek dan terget pekerjaan hingga akan menggangu kelancaan operasional.

Magnetic contactor yang terpasang pada rangkaian kelistrikan. (foto by: Dokumemtasi pribadi penulis)


Beberapa penyebab terbakarnya kontaktor adalah,
  1. Pemilihan arus kontaktor berdasarkan rangkaian kerja yang tidak sesuai. Dalam kondisi ini diartikan juga bahwa terdapat beban yang lebih besar melewati kontaktor. Dimisalkan, arus kerja motor pada rangkaian adalah sebesar 30 A, namun digunakan kontaktor dibawah kapasitas arus motor listrik tersebut (misal 25A). Dalam kondisi ini, komponen pertama yang menjadi "korban" adalah kontaktor. Kumparan dalam magnetic contactor menjadi panas. Panas yang berlebih secara menerus akan dapat memicu terjadinya kontaktor yang terbakar.
  2. Kumparan yang ada pada magnetic contactor dalam kondisi kotor, berdebu, berminyak atau sejenisnya. Kotoran, debu ataupun minyak yang ada pada permukaan kumparan magnetic contactor akan memicu terjadinya kegagalan fungsi pada coil yang terpasang dalam magnetic contactor. 
  3. Over-load relay yang tidak terpasang pada rangkaian dan/atau dalam kondisi rusak. Pemasangan overload relay menjadi hal yang wajib sebagai pelengkap sistem keamanan rangkaian kelistrikan. Peran over-load relay menjadi sangat penting dalam rangkaian kelistrikan.  Apabila dimungkinkan terjadi kasus 'lonjakan arus' dalam rangkaian kelistrikan, maka magnetic contactor akan "terselamatkan" oleh fungsi over-load relay.
  4. Gerakan mekanis / putaran pada elektro motor yang berat. Pada umumnya, pemakaian kontaktor terpasang pada rangkaian starter untuk elektro motor. Gerakan mekanis / putaran elektro motor yang berat menjadi salah satu penyebab terbakarnya kontaktor. Putaran yang berat dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya, 
      • Bearing yang terpasang pada elektro motor dalam kondisi tidak baik dan/atau rusak. Dalam kondisi demikian, maka gerakan rotor elekto motor menjadi tertahan dan berat. Apabila rangkaian dilengkapi degan overload relay, maka resiko terbakarnya kotaktor akan dapat diminimalkan.
      • Komponen mekanis shaft elektro motor dalam kondisi tesambung dengan brake. Kondisi brake ON akan memberatkan putaran  rotor elekto motor. Putaran yang berat selanjutnya akan memicu panas, dan resiko terparah apabila panas tidak ertangani dengan baik dapat mengakibatkan terbakarnya kontakor dan/atau elektro motir itu sendiri.
Terhadap adanya resiko terbakarnya kontaktor dalam suatu rangkaian, ada beberapa hal yang perlu dilakukan. diantaranya adalah,
  1. Dilakukan perawatan secara rutin terhadap rangkaian kelistrikan. Perawatan yang dimaksudkan diataranya adalah memeriksa dan memastikan kekencangan sambungan kabel yang terpasang pada kontaktor.
  2. Dalam langkah awal melakukan sambungan terhadap rangkaian, perlu dilakukan perhitungan dan pemilihan arus kerja kontaktor yang sesai dengan arus kerja beban yang ada.
  3. Memastikan kontaktor dalam kodisi bersih dan kering. Kontaktor yang terpasang harus dipastikan bebas dari kotoran. Selain itu, sumber kotoran dan sumber kebocoran air dan/atau minyak harus dihindarkan.
  4. Pemasangan ovrload relay pada rangkaian dan dipasikan dapat berfungsi dengan baik.
  5. Komponen penggerak mekanis yang terdapat pada beban harus dirawat dengan baik. Hal ini menjadi sangat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya jam terhadap komonen elektro motor.
Modernisasi layanan PLN salah satunya adalah dengan menerapkan sistem pembelian "listrik" pra-bayar. Pelanggan PLN akan membeli token (pulsa listrik) di gerai - gerai layanan yang bekerjadama dengan PLN. 
Selanjutnya akan didapatkan 20 (dua puluh) digit aangka yang dapat digunakan sebagai "kode unik" untuk di input dalam KWH meter.

Setelah 20 (dua puluh) digit angka dimasukkan, selanjutnya "stroom" akan bertambah sesuai dengan nominal pengisian.

Contoh display tegangan pada KWH meter. (Foto by: dokumentasi pribadi penulis)


Dalam operasionalnya, bagaimanakah pelanggan PLN dapat mengetahui besarnya unsur-unsur kelistrikan yang ada di rumahnya?

Jawabnya,
Secara sederhana dapat dilihat dari KWH meter dengan meng-input kode yang telah ditentukan oleh PLN. Diantaranya adalah,
  1. Cek tegangan, ketik 41 kemudian ENTER
  2. Cek arus, ketik 44 kemudian ENTER
  3. Cek energi, ketik 47 kemudian ENTER
  4. Cek sisa token, ketik 37 kemudian ENTER
Dalam rangkaian kelistrikan penggerak elektromotor tiga phasa, pada umumnya menggunakan tiga jenis rangkaian starter.

Alasan pemilihan salah satu dari ketiga rangkaian tersebut adalah berdasarkan faktor kebutuhan (menghendaki putaran searah atau bolak balik), faktor efisiensi (penggunaan arus nominal).

Rangkaian starter pada elektro motor dalam proses pengukuran tahanan isolasi. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)


Motor listrik dengan power kurang dari 5,5 KW pada umumnya disambung menggunakan rangkaian direct on-line (DOL starter). Rangkaian DOL starter memerlukan arus nominal start yg relatif kecil.

Motor listrik dengan power lebih dari 5,5 KW - 22 KW pada umumnya disambung menggunakan rangkaian star-delta. Ramgkaian ini digunakan dengan alasan untuk meminimalkan arus nominal start yang relatif tinggi sesuai dengan kebutuhan motor listrik. Jadi dengan rangkaian ini akan didapatkan arus nominal yang relatif rendah pada putaran yang maksimal.
Penggunaan elektro motor diatas kapal merupakan hal yang sangat umum sebagai penggerak pompa-pompa dan/atau pemanfaatan energi kinetik yang lainnya. Sebagai salah satu "studi kasus" hal yang sering terjadi adalah perlunya "modifikasi" terhadap rangkaian yang telah ada untuk dapat melakukan "start-stop" atas satu elektro motor dari dua tempat atau lebih.

Selain modifikasi tersebut, mungkin juga perlu pemasangan instalasi baru dari kondisi yang nyatanya belum pernah ada sebelumnya. 

Pemasangan kabel untuk saklar start-stop penggerak elektro motor tiga phasa. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)


Sebagai salah satu contoh,
Misalkan sebuah pompa yang telah ada (sudah terangkai sistem penggerak dan sistem kontrol kelistrikannya), hendak dilakukan modifikasi untuk dapat di "start-stop" dari dua tempat yang berbeda.

Hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut (modifikasi terhadap rangkaian yang telah ada dan dilakukan penambahan push botton baru),
  1. Identifikasi letak saklar baru yang akan dipasangkan, kemudian siapkan kabel penghantar (dengan tiga kabel) sesuai dengan panjang yang dibutuhkan.
  2. Lakukan identifikasi terhadap saklar yang telah ada.
  3. Pada umumnya, tombol start dalam posisi normally open (NO) dan untuk melakukan sambungan modifikasi, saklar tersebut harus terpasang secara paralell terhadap rangkaian saklar yang telah ada.
  4. Sedangkan tombol stop dalam posisi normally close (NC) dan untuk melakukan sambungan modifikasi, saklar tersebut harus terpasang secata seri terhadap rangkaian saklar yang telah ada.
  5. Dalam beberapa kondisi, saklar start-stop sama-sama dalam posisi normally open (NO). Dalam kondisi tersebut, sambungan sakelar modifikasi harus sama-sama terpasang secara paralell. Dalam kondisi tersebut, sambungan saklar juga harus dalam posisi normally open (NO).
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyambungan agar tidak terjadi kesalahan fatal adalah perlunya melakukan identifikasi posisi normally open untuk saklar start  dengan penomoran terminal 3 - 4. Sedangkan posisi normally close untuk saklar stop dengan penomoran 1-2. (Untuk lebih detail, gambar dibawah ini adalah rangkaian penggerak dan rangkaian kontrol satu elektro motor yang dapat di start-stop dari tiga tempat).


Rangkaian penggerak & rangkaian kontrol motor tiga phase yang dapat start-stop dari tiga tempat. (Foto by: situs blog dari sambungan internet).








Penggunaaan magnetic contactor pada rangkaian kelistrikan (khususnya pada kelistrikan tiga phase) menjadi hal yang sangat umum untuk menjamin keamanan rangkaian dan keselamatan operator. 



Kaitannya dengan menentukan pilihan kontaktor yang sesuai pada perangkat elektro motor menjadi hal yang sangat penting terlebih pada saat dilakaukan pemasangan rangkaian baru dan/atau penggantian terhadap rangkaian yang telah ada.

Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan untuk menentukan "ampere" kontaktor yang ideal. Diantaranya adalah,
  1. Menentukan besarnya arus makismal elektro motor. Data yang dibutuhkan dalam perhitungan tersebut pada umumnya sudah dicantumkan dalam name-plate elektro motor tersebut. Diantaranya tegangan kerja, cos phi, daya maksimal, putaran dll.
  2. Setelah didapatkan besarnya arus maksimal, selanjutnya menentukan safety factor sebesar 125% dari arus maksimal elektro motor. Artinya, besarnya arus maksimal × 125% adalah safety factor yang didapatkan.
  3. Menentukan pilihan magnetic contactor sesuai dengan pilihan "ampere" yang tersedia di pasaran. Pemilihan ini disesuaikan ketersediaan di pasaran yang umumnya pada nilai 6, 9, 12, 16, 20, 25, 32, 40, 50, 60 dst.
  4. Dalam menentukan pilihan poin 3 diatas, apabila safety factor didapatkan nilai desimal, maka harus dilakukan pembulatan keatas yang paling mendekati dengan pilihan kontaktor yang ada di pasaran.
  5. Pemilihan kontaktor dengan ampere yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dari safety factor akan berakibat fatal terhadap rangkaian (misal: terbakar) dan/atau kecelakaan terhadap operator (misal: electrical shock / tersengat aliran listrik).

Sebagai contoh,
Sesuai dengan contoh penentuan arus maksimal, didapatkan hasil arus maksimal elektro motor adalah 150,4 A. 
Langkah menentukan pilihan kontaktor,
  1. Menentukan besarnya arus maksimal. Telah didapatkan 150,4 A.
  2. Menentukan safety factor 150,4 × 125 % = 188 A.
  3. Menentukan pilihan kontaktor sesuai dengan pilihan yang ada di pasaran (dengan pembulatan keatas) yaitu 200 A.
Terminal battrey memiliki bentuk yang berbeda. Terminal positif memiliki diameter lebih besar dibandingkan dengan terminal negatif.

Demikian hal-nya dengan klem terminal battery. Menyesuaikan ukuran terminal battery dengan peruntukan kutup positif dengan diameter yang lebih besar.

Klem untuk terminal battery dengan ukuran yang berbeda. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)


Letak geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia yang melintang di garis katulistiwa (equator line), menjadikan seluruh wilayah nusantara memiliki iklim tropis dengan dua musim yang pada umumnya akan terjadi secara bergantian pada setiap perhitungan tahun. Musim penghujan dan musim kemarau menjadi dua hal yang akan bergantian sepanjang waktu dalam setiap tahunnya.

Idealnya, setiap musim akan berlangsung selama enam bulan. Namun, pada era saat ini perubahan musim yang tiba - tiba sangat mungkin terjadi.
Pada umumnya, iklim tropis di Indonesia akan terasa lebih panas saat musim kemarau. Namun tidak menutup kemungkinan rasa "gerah" juga dirasakan saat musim hujan ketika kita berada dalam ruangan.

Pemasangan AC untuk men-sejuk-kan ruangan. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)


Perkembangan teknologi memungkinkan manusia untuk beradaptasi dengan berbagai kondisi dengan tetap mendapatkan perasaan yang nyaman pada setiap saat. Terkait dengan kondisi musim terhadap peningkatan temperatur yang dirasakan oleh manusia (terlebih pada saat dalam ruangan), diatasi dengan "lahirnya" air conditioner.

Perangkat pen-sejuk ruangan ini menjadi hal yang sangat wajar digunakan oleh warga negara Indonesia khususnya.

Pengertian PK
Terkait dengan teknis AC, ada istilah yang sering dan umum diperdengarkan. Yaitu PK. PK sendiri merupakan kependekan dari paarden kracth yang berasal dari bahasa Belanda yang artinya daya kuda. Sama dengan istilah horse power (HP) dalam bahasa Inggris.

Penggunaan dan pemilihan PK pada AC idealnya harus disesuaikan dengan luas ruangan yang digunakan. 
Secara teoriris, penggunaan rumusan yang sering digunakan adalah Luas ruangan X 500. Dengan satuan BTU (british thermal unit).
Kondisi tersebut diterapkan untuk ruangan dengan tinggi ideal 2,5-3 meter, dengan jumlah orang yang wajar dalam ruangan.

Setelah didapatkan perhitungan tersebut, kemudian sesuaikan dengan tabel berhitungan dibawah ini,
  • AC dengan ukuran ½ PKuntuk ruangan: 5.000 BTU – 6.000 BTU.
  • AC dengan ukuran ¾ PKuntuk ruangan: 7000 BTU – 8000 BTU.
  • AC dengan ukuran 1 PKuntuk ruangan: 9.000 BTU – 11.000 BTU.
  • AC dengan ukuran 1½ PKuntuk ruangan: 12.000 BTU – 17.000 BTU.
  • AC dengan ukuran 2 PKuntuk ruangan: 18.000 BTU – 23.000 BTU.
  • AC dengan ukuran 2½ PKuntuk ruangan: 24.000 BTU – 26.000 BTU.
  • AC dengan ukuran 3 PKuntuk ruangan: 27.000 BTU – 44.000 BTU.
  • AC dengan ukuran 5 PKuntuk ruangan: 45.000 BTU - 48.000 BTU
Pemilihan AC dengan PK rendah pada ruangan yang terlalu luas akan memberatkan kerja AC untuk mensejukkan ruangan. Artinya ruangan akan lama untuk dapat dirasakan sejuk dan sistem AC akan bekerja secara menerus. Hal ini tentu bukan pilihan yang efektif.

Demikian hal sebaliknya, pemilihan AC dengan PK tinggi pada ruangan kecil menjadi hal yang tidak efisien. Hal ini dikarenakan konsumsi listrik untuk AC menjadi semakin tinggi sedangkan ruangan yang di-sejuk-kan tidak terlalu luas.

Setidaknya dua alasan tersebut diatas yang mendasari pemilihan AC yang tepat disesuaikan dengan kapasitas ruangan.

Suatu contoh,
Ruangan dengan panjang 4 m, lebar 3 meter membutuhkan AC dengan perhitungan sebagai berikut.
(3 x 4) x 500 = 12 × 500 = 6.000 BTU

Berdasarkan daftar diatas, ruangan tersebut cukup menggunakan AC dengan ukuran ½ PK.

Baterai merupakan salah satu sumber energi listrik searah (DC) diatas kapal. Selaain diatas kapal, penggunaan baterai sering kita temui pada penggunaanya pada kendaraan bermotor dan/atau permesinan yang ada disekitar kita. Sebagai sumber energi listrik searah, baterai memiliki peran yang sangat penting dalam operasional kapal dan bagian permesinan. Beberapa diantaranya adalah,

  • Sebagai sumber energi listrik yang digunakan untuk sistem starting yang umumnya digunakan pada mesin dengan putaran tinggi hingga mesin putaran menengah.
  • Sebagai sumber energi dan menyimpaan energi listrik yang akan digunakan untuk keperluan peneranagan darurat (emergency light) pada saat kondisi black-out.
  • Sumber energi arus searah yang menunjang pengoperasian peralatan navigasi, alat komunikasi/radio serta sistem instrumen dan kendali arus lemah pada perangkat yang terpasang di anajungan, engine room, engine control room maupun yang ada pada masing - masing machinery.
Batterai yang merupakan sumber energi listrik arus searah. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)


Pentingnya penggunaan baterai, mewajibkan baterai selalu dalam kondisi baik dan layak untuk men-support penggunaanya diatas kapal. Kondisi tersebut dapat terpenuhi apabila baterai dirawat dengan baik. Beberapa jenis tindakan perawatan dan pemeriksaan terhadap baterai dianataranya,
  1. Pastikan bahwa terminal dan klem terminal baterai tidak berkarat. Selain kondisi karat, pemasangan klem baterai juga perlu mendapat perhatian bahwa dalam posisi terpasang dengan kuat dan tidak kendor. Karat dan kendornya klem baterai dapat menggurangi daya hantar bahan untuk mengalirkan energi listrik. Hal terparah yang terjadi apabila klem baterai kendor adalah terjadinya percikan bunga api yang dapat memicu terjadinya kebakaran.
  2. Periksa fluida baterai pada jumlah yang cukup berada diantara garis "UPPER LEVEL" dan "LOWER LEVEL". Lakukan penambahan fluida dengan menggunakan air destilasi (destilate water) saat level fluida berada pada level bawah. Level fluida baterai yang berlebih (diatas garis UPPER LEVEL) akan memicu tumbahan yang akan mengakibatkan karat (karena fluida mengaandung asam sulfat yang bersifat korosif). Demikian juga sebaliknya, apabila fluida berada dibawah garis LOWER LEVEL, maka akan memeungkinkan kerusakan elemen baterai karena elektroda tidak terendam dengan sempurna secara keseluruhan.
  3. Periksa kadar berat jenis air baterai dengan menggunakan hydrometer. Komdisi baterai dapat terpantau dari identifikasi warna pada pelampung yang digunakan pada hydrometer.
  4. Periksa tegangan baterai dengan menggunakan multi-meter/ AVO meter.
  5. Pastikan baterai tersimpaan pada ruangan dengan ventilasi yang cukup. Ruang baterai yang ada dikapal harus dipastikan sirkulasi udara dan penerangannya.

Dalam rangka keperluan perawatan maupun operasional kelistrikan diatas kapal, diperlukan pengukuran besaran unsur kelistrikan seperti arus, tegangan maupun tahanan suatu rangkaian kelistrikan. Alasan pengukuran ini selain untuk mengidentifikasi besaran unsur kelistrikan juga dimaksudkan sebagai tindakan pengaman (safety) pada saat operasional maupun pada saat perawatan.

Alat ukur kelistrikan yang sering digunakan untuk mengidentifikasi besaran unsur kelistrikan sering disebut dengan multimeter, multitester atau AVO meter. Ketiga nama tersebut untuk satu alat yang sama. Disebut multimeter/multitester karena dalam satu alat ukur ini mampu digunakan untuk mengukur beberapa (multi) unsur kelistrikan. Sedangkan disebut dengan AVOmeter karena alat ini dapat digunakan untuk mengukur satuan ampere (arus listrik), volt (tegangan listrik) dan ohm (tahanan listrik).

Multitester analog dengan jarum penunjuk. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)

Dibawah ini adalah nama komponen dari multitester analog yang sering digunakan untuk mengukur rangkaian kelistrikan.

Terdapat beberapa skala ukur untuk masing-masing instrumen pengukuran yang harus dipahami sehingga tidaka terjadi kesalahan pembacaan hasil ukur. 

  • Skala ukur no.1 adalah satuan OHM dengan jenis perkalian hasil pembacaan yaitu X1, X10, X1K dan X 100K (menyesuaikan skala ukur yang ada pada multitester)
  • Skala ukur no.2 adalah satuan VOLT DC (tegangan searah).
  • Skala ukur no.3 adalah satuan DCV 600 x 10, ACV 600 x 10 dan DCA 60mikro.
  • Skala ukur no.4 adalah satuan DCV 120 x 10, DCV 12 dan ACV 120 x 10.
  • Skala ukur no.5 adalah satuan ACV 12.
  • Skala ukur no.6 adalah satuan mikro-farad x100 dan micro-farad x 1.
  • Skala ukur no.7 dan no.8 adalah satuan volt untuk melakukan battrey test.

Terkait dengan multi-fungsinya maka alat ini harus digunakan dengan baik dan benar sehingga tidak beresiko menimbulkan kerusakan pada alat maupun kecelakaan kerja sejenis electrical shock. 

Sebelum menggunakan alat ukur ini, ada beberapa safety information yang harus dipatuhi, diantaranya:

  1. Jangan menyentuh test pin selama proses pengukuran.
  2. Jangan menggunakan alat ukur dalam kondisi tangan basah. Kondisi demikian dapat meemicu terjadinya electrical shock.
  3. Jangan melakukan pengukuran ketika cover pelindung sisi belakang terbuka/dilepas.
  4. Gunakan alat ukur pada satuan pengukuran yang sesuai (arus, tegangan atau tahanan) dengan range sesuai kondisi rangkaian kelistrikan.
Prosedur peneggunaan alat ukur adalah sebagai berikut.

PERSIAPAN SEBELUM PENGUKURAN.
  1. Lakukan adjusting alat ukur pada posisi angka "NOL" dengan cara memutar zero position adjuster sehingga jarum posisi sejajar dengan angka "NOL".
  2. Pilih range pengukuran sesuai instrumen (ampere, volt atau ohm) yang akan diukur. Pemilihan range harus sesuai untuk menunjang akurasi hasil pengukuran.
PENGUKURAAN TEGANGAN SEARAH (DCV)
  1. Putar knob selector pada range pengukuran yang sesuai pada skala ukur DCV.
  2. Pasaangkan test pin warna hitam pada sisi terminal negatif rangkaian dan warna merah pada sisi positif rangkaian. ALAT UKUR TERPASANG SECARA PARALEL TERHADAP RANGKAIAN.
  3. Lakukan pembacaan hasil pengukuran pada skala sesuai dengan selector perkalian pada alat ukur.

PENGUKURAN TEGANGAN BOLAK-BALIK (ACV)
  1. Putar knob selector pada range pengukuran yang sesuai pada skala ukur ACV.
  2. Pasaangkan test pin warna hitam dan merah pada masing - masing sisi terminal. Pada listrik bolak-balik pemasangan test pin dapat dilakukan berbalikan tanpa mempertimbangkan sisi negatif-positif. ALAT UKUR TERPASANG SECARA PARALEL TERHADAP RANGKAIAN.
  3. Lakukan pembacaan hasil pengukuran pada skala sesuai dengan selector perkalian pada alat ukur.

PENGUKURAN ARUS SEARAH (DCA)
  1. Putar knob selector pada raange pengukuran skala DCA.
  2. Pasaangkan test pin warna hitam pada sisi terminal negatif rangkaian dan warna merah pada sisi positif rangkaian. ALAT UKUR TERPASANG SECARA SERI TERHADAP RANGKAIAN. Artinya, harus ada pemutusan rangkaian untuk memasang alat ukur.
  3. Lakukan pembacaan hasil pengukuran pada skala sesuai dengan selector perkalian pada alat ukur.

PENGUKURAN TAHANAN KELISTRIKAN.
  1. Putar knob selector pada range pengukuran skala Ohm.
  2. Lakukan kalibrasi skala ukur dengan mensambungkan test pin merah daan hitam. Kemudiaan atur zero ohm adjuster knob hingga jarum bergerak ke kanan sejajar dengan angka "NOL" Ohm.
  3. Lakukan pengukuran dan pembacaan skala hasil pengukuran.

BATTERY TEST
  1. Putar knob selector pada tanda battery test.
  2. Pasangkan test pin warna hitam untuk terminal negatif battery dan warna merah pada terminal positif battery.
  3. Baca penunjukan skala jarum pada area battery test. 
  4. Range 20 Ohm load untuk mengukur battery cylindrical type (R03, R6, R14, R20, LR03, LR6, LR14, LR20 dll)
  5. Range 60 ohm load untuknmengukur battery type button (SR43, SR44, LR43, LR44, PR41, PR44 dll)

PENGUKURAN KAPASITAS DENGAN microFARAD.
  1. Putar knob selector pada satuan Farad.
  2. Lakukan kalibrasi NOL ohm seperti halnya untuk memulai mengukur tahanan.
  3. Lakukan pengukuran dengan memasang test pin pada masing-masing kaki kapasitor.
  4. Baca hasil pengukuran saat jarum menunjjkkan angka simpangan tertinggi. Dalam kondisi normal, jarum akan bergerak perlahan menuju skala terkecil.


Motor listrik banyak digunakan diatas kapal sebagai pesawat yang merubah energi listrik menjadi energi kinetik/energi gerak. Energi gerak yang dihasilkan oleh motor listrik dimanfaatkan untuk menggerakkan pompa, kompressor, blower dll. 

Dalam operasional motor listrik, sistem kendali kelistrikan telah tertata pada panel board yang pada umumnya terpasang dalam engine control room. Tombol start-stop, main breaker dan ampere meter pada umumnya telah terpasang pada panel tersebut.

Terpasangnya ampere meter dimaksudkan untuk memantau kinerja motor secara langsung. Indikator sederhana ini akan menjadi sarana bantu bagi para operator untuk optimalisasi kinerja dan mencegah kerusakan permesinan selama operasional. Sebagai contoh, arus yang berlebih (over current) pada motor listrik mengindikasikan kerja berat (over load) yang dialami oleh motor tersebut. 
Ampere meter yang terpasang pada panel board. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)


Secara teoritis, perhitungan batasan arus maksimal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 

P = akar 3 × V × I × Cos Phi

Maka,

I = P / (akar 3 × V × Cos Phi)


Sebagai contoh
Sebuah motor listrik dengan data yang terlulis dalam name plate memiliki power 90 KW (= 90. 000 W). Dioperasikan pada tegangan AC 440 V dengan frekuensi 60 Hz dan diketahui Cos Phi = 0.8. 
Berapakah arus maksimum yang ditoleransi oleh motor listrik tersebut?

Jawab;
I = P / (akar 3 × V × Cos Phi)
I = 90.000 / (akar 3 × 440 × 0,8)
I = 150,4 A

jadi arus maksimal yang ditoleransi oleh motor tersebut sebesar 150,4 A


Pada umumnya over current disebabkan oleh,
  • beban berlebih yang diterima oleh motor listrik.
  • rangkaian starter device yang kurang sesuai.
  • hilangnya tegangan salah satu phasa.
Pada dasarnya over current harus dihindari karena memberikan dampak buruk berupa terbakarnya motor listrik. Sebagai perangkat pengaman terhadap bahaya over current dalam rangkaian harus dilengkapi dengan over current relay.
Rangkaian star-delta motor listrik digunakan sesuai dengan kebutuhan operator sesuai dengan manfaat apa yang diharapkan dalam operasional motor listrik tersebut. Dalam fungsional motor listrik terdapat tiga jenis rangkaian starter yang sering disebut dengan istilah starter devices yaitu,
Rangkaian MCB dan magnetic contactor. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)

  1. Rangkaian direct on line (DOL) yaitu rangkaian langsung yang menghubungkan power supply (melewati beberapa komponen pengaman kelistrikan seperti MCB, TOR dll) menuju terminal box stator dengan sambungan star (saja) atau delta (saja). Artinya, apabila dalam prakteknya menghendaki arus start yabg rendah serta putaran/torsi yang rendah maka dimanfaatkan rangkaian star. Namun sebaliknya, apabila dalam prakteknya menghendaki arus start yang tinggi dengan torsi yang tinggi, maka digunakan rangkaian delta.

  2. Rangkaian forward-reverse yaitu rangkaian starter device yang memungkinkan motor listrik berputar kekanan dan kekiri sesuai dengan kebutuhan penggunaan. Pada sistem rangkaian ini dibutuhkan dua kontaktor, dua buah tombol start (masing masing untuk forward dan reverse).

  3. Rangkaian star-delta yaitu rangkaian yang menghubungkan power supply (dengan melewati beberapa komponen pengaman kelistrikan seperti MCB, TOR dll) menuju terminal box stator dengan melalui magnetic contactor yang terpasang pada sistem. Pada starter device jenis ini, sambungan stator tidak dilakukan secara langsung pada terminal box yang terpasang pada body elektro motor. Sambungan dilakukan secara tidak langsung menggunakan dua buah magnetic contactor yang masing masing digunakan untuk ramgkaian star dan delta. Rangkaian ini merupakan kombinasi star dan delta dengan maksud untuk menghindari lonjakan arus yang relatif besar saat start awal serta tetap didapatkan torsi yang relatif besar saat motor telah running. Pada umunnya, sambungan ini digunakan pada motor listrik yang berkapasitas besar. Hal sederhana yang untuk mengidentifikasi rangkaian star delta salah satunya adalah dengan adanya dua kabel yang dirangkai dalam terminal box motor listrik. (Seperti gambar dibawah ini).
    • Sambungan star delta manual. Yang dimaksud dengan sistem manual ini adalah sistem bekerja secara manual dioperasikan oleh operator menggunakan tombol start tambahan sebagai tombol pemindah. Pada start awal, power supply akan mengalir pada kontaktor sambungan star (hal ini dimaksudkan untuk menghindari lonjakan arus start awal yang besarnya 3-5x lipat arus kerja). Setelah elektro motor start dengan "smooth", waktu berselang 3-5 detik kemudian operator harus menekan tombol start kedua yang akan mengalirkan power supply menuju kontaktor delta. Selanjutnya motor listrik akan running dengan torsi yang lebih besar dengan tanpa ada lonjakan arus start awal (karena awalnya sudah di-start dengan sambungan star). Pada jenis sambungan manual ini diperlukan dua tombol start (untuk tombol star dan tombol delta), dua buah magnetic contactor (masing-masing untuk star dan delta), satu buah tombol stop, operasional pemindahan dilakukan secara manual oleh operator.
    • Sambungan star delta auto. Sistem kerja sambungan ini memiliki cara kerja dan fungsi yang sama dengan sistem manual. Yang diharapkan adalah menghindari adanya lonjakan arus start awal dan mendapatkan torsi yang besar. Hal yang membedakan adalah perpindahan saat start awal dari star menuju delta dilakukan secara otomatis dengan bantuan timer. Setelah motor listrik di start (dengan sambungan star), berselang 3-5 detik kemudian timer akan bekerja untuk menyambungkan power supply menuju kontaktor kedua yang akan mengoperasikan motor listrik dengan sambungan delta. Artinya, pada sambungan ini digunakan satu tombol start, timer (operasional pemindahan dilakukan secara otomatis dengan bantuan timer), dua buah magnetic contactor (masing - masing untuk star dan delta) dan satu buah tombol stop.

Hukum ohm adalah suatu pernyataan bahwa besarnya arus listrik (current) yang mengalir pada sebuah kawat penghantar selalu berbanding lurus dengan tegangan (voltage) dan berbanding terbalik dengan tahanan (resistance). Secara teoritis hukum ohm dapat dituliskan dengan rumus berikut ini,

I adalah arus dengan satuan ampere

V adalah tegangan dengan satuan volt

R adalah tahanan dengan satuan ohm

Contoh penggunaan hukum ohm dalam perhitungan rangkaian resistor, KLIK DISINI!

Perhitungan rangkaian resistor,

Dalam prakteknya dilapangan, resistor dapat disusun secara seri, paralel maupun campuran sesuai dengan kebutuhan penggunaan dalam suatu rangkaian.

1. Rangkaian seri. Karakteristik atau sifat dasar dari rangkaian seri terhadap tahanan, arus dan tegangan adalah sebagai berikut.

  1. Jumlah nilai tahanan adalah sama dengan jumlah keseluruhan deret tahanan yang terpasang secara seri. RS = R1 + R2 + R3 +…..+Rn.
  2. Besarnya arus listrik yang mengalir pada tiap – tiap sesistor yang tersambung secara seri adalah sama dengan besarnya arus total rangkaian. IS = I1 = I2 = I3 = …=In
  3. Rangkaian seri dimaksudkan untuk membagi tegangan pada masing – masing resistor. Besarnya nilai tegangan adalah jumlah keseluruhan tegangan pada pada masing masing resistor. VS = V1 + V2 + V3 +….+Vn

2.  Rangkaian parallel. Karakteristik atau sifat dasar rangkaian parallel terhadap tahanan hambatan dan tegangan adalah sebagai berikut,

  1. Jumlah nilai tahanan dalam suatu rangkaian adalah perbandingan terbalik atas besarnya nilai reseitor tersebut. 1/Rp = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3+...+1/Rn
  2. Rangkaian parallel dimaksudkan untuk membagi arus. Besarnya nilai arus adalah jumlah keseluruhan arus pada masing – masing resistor. IP = I1 + I2 + I3 + …+ In
  3. Besarnya tegangan yang mengalir pada masing – masing resistor yang tersambung adalah sama dengan besarnya tegangan total rangkaian. VP = V1 = V2 = V3 = …. + Vn

3.  Rangkaian campuran merupakan kombinasi dari kedua sifat dasar rangkaian tersebut diatas. Selain digunakan untuk membagi tegangan, juga dimanfaatkan untuk membagi arus sesuai dengan kebutuhan dalam suatu rangkaian.


Motor listrik induksi (atau yang lebih sering disebut dengan elektro motor) banyak digunakan diatas kapal sebagai pesawat yang merubah energi listrik menjadi energi kinetik/energi gerak. Perannya yang penting diatas kapal mewajibkan para awak kapal (khususnya bagian mesin) harus memahami karakteristik dan sistem perawatan terhadap motor listrik tersebut.
Motor listrik induksi. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis).

Penggunaan rangkaian star-delta dan starter device KLIK DISINI!


1. Komponen Dasar Motor listrik.
Pada dasarnya, motor listrik tersusun dari dua buah komponen utama serta dilengkapi dengan beberapa komponen penunjang, yaitu:
  • Rotor. Rotor adalah bagian yang berputar (rotate) yang terdiri dari gulungan kawat yang disusun dalam bentuk armature menjadi bagian dari poros utama.
  • Stator. Stator adalah bagian diam/tidak bergerak (static) yang terdiri dari lilitan kabel phase yang akan membangkitkan medan magnet (rotation magnet field). Masing - masing lilitan kabel phase stator nantinya akan terhubung dengan input power supply.
  • Komponen penunjang lainnya seperti shaft bearing, body, terminal box dll.

2. Cara kerja motor listik. (Video animasi cara kerja motor induksi.)
  • Ketika dialirkan energi listrik menuju masing - masing lilitan stator, maka lilitan stator akan terbentuk medan magnet pada sekitar lilitan tersebut. (Hal yang harus dipahami tentang sifat dasar magnet adalah selalu memiliki dua kutub, akan tarik menarik pada kutub yang berbeda dan akan tolak menolak pada kutub yang sama).
  • Pada motor listrik tiga phasa, terdapat tiga lilitan yang masing masing dialiri energi listrik. Artinya, pada ketiga lilitan tersebut akan menghasilkan medan magnet yang kutubnya akan saling berlainan.
  • Rotor yang terpasang pada sisi tengah stator akan terinduksi oleh medan magnet yang dihasilkan oleh stator. Dalam kondisi terinduksi, maka rotor (yang juga terdiri dari lilitan didalamnya) akan membentuk medan magnet disekelilingnya. 
  • Medan magnet pada rotor dan stator yang terbentuk dari induksi listrik tersebut akan membentuk rotation magnet field yang memungkinkan rotor berputar pada porosnya.
3. Rangkaian lilitan stator.
Stator merupakan kawat pengantar yang dililit membentuk gulungan. Pada motor listrik induksi, terdapat tiga kawat penghantar hang dililit membentuk gulungan stator. Dalam prakteknya, untuk dapat membentuk medan magnet dan menghasilkan putaran pada rotor, maka ujung masing - masing kawat penghantar ststor harus dirangkai satu sama lain. Terdapat dua jenis rangkaian dengan masing - masing kelebihan dan kekurangannya yaitu.
  • Star (bintang). Pada rangkaian ini, masing-masing ujung kawat pengahantar dirangakai menjadi satu dan membentuk sambungan netral. Karakter sambungan ini adalah menghasilkan lonjakan arus start awal yang rendah (kelebihan) karena secara teoritis besarnya arus input sama dengan arus phase. Arus yang rendah memberi efek dingin selama operasionalnya sehingga aman digunakan dalam waktu yang relatif lama. Secara teoritis, perhitungan arus dan tenaga/torsi yang dihasilkan relatif kecil (kekurangan). 
  • Delta (segitiga). Pada rangkaian ini, masing-masing kawat penghantar akan saling berhubungan dengan yang lainnya sehingga akan membentuk rangkaian segitiga. Karakter dari rangkaian ini adalah menghasilkan lonjakan arus start awal yang relatif tinggi mencapai 5x arus kerja (kekurangan) karena secara teoritis besarnya arus phasa = akar3 dari arus input dan tenaga/torsi yang dihasilkan relatif besar (kelebihan).
Kelebihan dan kekurangan masing - masing rangkaian tersebut diatas menjadi dasar pemilihan atas jenis kebutuhan penggunaan motor induksi.