Just another free Blogger theme

Tampilkan postingan dengan label Trouble Shooting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Trouble Shooting. Tampilkan semua postingan
Dibawah ini adalah contoh kerusakan side plug pada fuel injection pump.
Kerusakan permukaan side plug FIP. (Gambar: Dokumentasi penulis).

Penyebab kerusakan side plug fuel injection pump diantaranya adalah,
  1. Erosi akibat tekanan bahan bakar. Bahan bakar dikabutkan dengan tekanan kerja 250-350kg/cm² (menyesuaikan jenis mesin). Apabila ada kebocoran celah kecil, maka akan berpotensi sebagai water jet yang dapat mengikis permukaan logam.
  2. Kavitasi mikro (micro-cavitation). Gerakan memompa dalam FIP mengakibatkan tekanan naik-turun yang akan memicu timbulnya gelembung kavitasi mikro. Saat gelembung pecah, energinya menghantam permukaan logam sehingga timbul pitting di permukaan logam.
  3. Korosi kimia (chemical attack). Kandungan sulphur, air atau kontaminasi zat kimia lain yang terkandung dalam bahan bakar, memungkinkan terjadinya korosi kimia.
  4. Kualitas material kurang baik. Apabila material side plug tidak memiliki surface hardening yang cukup (misalnya nitriding atau carburizing), maka lebih mudah tergerus.
  5. Bahan bakar kotor. Apabila bahan bakar mengandung partikel keras (karat, pasir halus, debu dari tangki), maka partikel ini ikut terpompa yang memungkinkan akan dapat menggerus permukaan plug.


Pencegahan dapat dilakukan dengan,

  1. Filter bahan bakar harus dipastikan selalu dalam kondisi bersih.
  2. Menggunakan bahan bakar yang sesuai spesifikasi (kandungan kimiawi bahan bakar).
  3. Lakukan pemeriksaan permukaan dekivery valve dan seat untuk memastikan tidak ada celah yang dapat memicu terjadinya jetting.
  4. Gunakan spare-parts sesuai rekomendasi engine maker dengan kualitas bahan yang telah disesuaikan.



 Contoh analisa mesin gagal start


 Contoh analisa abnormal engine start.

 Pada dasarnya, troubleshooting memiliki tujuan untuk menganalisa penyebab kerusakan dan mencegah kerusakan terjadi kembali setelah dilakukan perbaikan. Dalam praktenya, troubleshooting akan dapat dilakukan dengan baik dan benar dengan memahami dasar teori dan cara kerja permesinan.

 


 

  

Troubleshooting dapat dilakukan dengan baik dan benar dengan mengikuti Langkah kerja sebagai berikut,



Kandungan zat aditif minyak lumas menjadi komponen kimiawi yang sangat penting untuk menjamin kelancaran operasional mesin pada umumnya untuk jangka panjang. Pemilihan jenis minyak lumas mesin tentunya harus disesuaikan dengan karakteristik mesin. Karakter yang dimaksud diantaranya adalah engine power, engine load, engine speed.


Lube oil purifier sebagai perangkat untuk melakukan treatment minyak lumas diatas kapal. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)



Dua kandungan zat aditif dalam minyak lumas yang sering menjadi pembahasan adalah Total Base Number (TBN) dan Total Acid Number (TAN) yang akan dibahas dalam artikel ini.

Total Acid Number adalah kandungan zat asam yang ada dalam minyak lumas. Kandungan TAN dalam minyak lumas memiliki kecenderungan meningkat. Naiknya nilai TAN disebabkan oleh beberapa kondisi berikut ini,
  • Perubahan struktur rantai hidrokarbon pelumas membentuk senyawa asam akibat kontaminan, panas atau reaksi oksidasi.
  • Adanya kontaminasi air yang merusak pelumas.
  • Kontaminasi dengan jenis pelumas lain dengan nilai TAN tinggi.

Nilai TAN yang tinggi tidak dikehendaki karena memiliki dampak negatif yaitu,
  • Korosi pada metal
  • Fungsi pelumasan tidak dapat dilakukan karena tingginya nilai TAN menandakan tingginya kerusakan pelumas.

Selain TAN ada komponen zat aditif penting lainnya yang terkandung dalam minyak lumas. Jenis komponen tersebut diantaranya adalah,

Insolubles adalah material tidak larut yang terkandung dalam minyak lumas. Insolubles yang tinggi menandakan tingginya kandungan lumpur (yang tidak larut) dalam minyak lumas. Tingginya kandungan insolubles disebabkan oleh,

    •  Overheating. Panas yang berlebih pada mesin harus dicari sebab dan solusinya. Salah satunya dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan oil cooler.
    • Rendahnya kandungan TBN yang harus diperbaiki dengan melakukan penambahan minyak lumas (top-up) untuk menaikkan kandungan TBN minyak lumas.
    • Terjadinya blow by karena keausan komponen dalam ruang bakar mesin.

Viskositas adalah nilai kekentalan zat cair. Viskositas yang tepat harus terjaga pada minyak lumas untuk menjamin fungsi pelumasan yang baik. 

Nilai kekentalan minyak lumas yang tinggi akan menyebabkan pelumas susah mengalir pada bagian mesin yang sensitif termasuk celah terdalam yang berbentuk kapiler sehingga resiko keausan komponen mesin akan meningkat. Selain itu, operasional pompa dan filter minyak lumas akan menjadi semakin berat / panas. Naiknya nilai kekentalan minyak lumas disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah,

  • Kandungan insolubles dalam minyak lumas yang tinggi.
  • Perubahan struktur rantai hidrokarbon pelumas akibat overheat
  • Adanya kontaminasi air dalam minyak lumas.


Sebaliknya, nilai viskositas yang rendah akan menyebabkan berkurangnya oil film hingga permukaan yang bergesekan akan mengalami peningkatan panas dan meningkatkan keausan komponen. Turunnya viskositas disebabkan oleh,

  •  Adanya material yang bersifat melarutkan. Seperti kandungan BBM.
  • Adanya kontaminasi dengan air atau material yang lebih encer

    • Pada pelumas multi grade, dapat disebabkan oleh rusaknya struktur polimer pelumas akibat gesekan. 

Dalam menganalisa hasil pemeriksaan lab minyak lumas, tidak jarang akan ditemukan unsur metal wear. Metal wear adalah kandungan metal yang disebabkan oleh keausan pada umumnya terdapat kandungan iron (Fe), copper (Cu), chromium (Cr), lead (Pb), aluminium (Al), tin (Sn). Tingginya kandungan metal wear menandakan tingginya keausan pada komponen mesin. Hal yang perlu diwaspadai adalah apabila terdapat partikel yang besar maka akan sangat memungkinkan menjadi pemicu kerusakan permukaan metal.
Hal yang harus dibedakan adalah, antara metal wear dengan metal content. Metal content adalah zat aditif yang diperlukan dalam minyak lumas, umumnya jenis Ca, Mg, Zn dan P.

Penggunaan minyak lumas yang berkelanjutan secara menerus dapat menurunkan fungsi minyak lumas untuk membentuk oil film serta tidak dapat dengan maksimal menyerap panas mesin. Penurunan fungsi tersebut dikarenakan penurunan kualitas minyak lumas karena pengaruh panas mesin, oksidasi serta kontaminasi partikel lain.

Salah satu contoh hasil pengujian lab minyak lumas. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis).



Dalam prakteknya di lapangan, penggunaan minyak lumas diatas kapal dapat dimaksimalkan dengan melakukan penanganan yang baik. Penanganan yang baik adalah dengan,
  • Melakukan advance treatment terhadap minyak lumas dengan mengoperasikan LO purifier 
  • Melakukan penggantian secara berkala. Atas alasan ekonomi, kondisi ini dapat dilakukan secara rutin apabila jumlah minyak lumas mesin tidak terlalu banyak. Apabila minyak lumas mesin dalam jumlah ynag banyak tentunya akan menjadi sangat tidak ekonomis apabila harus melakukan penggantian dalam waktu yang relatif singkat.

Diatas kapal, pada umumnya poin nomor satu dan dua diatas menjadi prioritas untuk menjamin kualitas minyak lumas dalam kondisi yang baik. Terhadap hasil pengujian lab minyak lumas, ada beberapa kondisi yang harus dipahami kaitannya dengan tindakan selanjutnya yang harus dilakukan.

Pada umumnya beberapa kondisi terkait dengan hasil uji lab minyak lumas adalah sebagai berikut,


Total Base Number (TBN) terlalu tinggi,.

TBN dalam minyak lumas dimaksudkan untuk mengendalikan korosi (nyatanya korosi tidak dapat dihilangkan) yang terjadi dalam mesin. TBN yang terlalu tinggi pada umumnya terjadi pada fresh oil atau minyak lumas baru. Nilai yang terlalu tinggi akan menghalangi pembentukan oil film pada permukaan komponen mesin (misalnya pada permukaan cylinder liner).


Total base number (TBN) terlalu rendah

Dalam prakteknya dilapangan, TBN cenderung akan mengalami penurunan nilai dari angka normalnya. Penurunan kadar basa minyak lumas dikarenakan oleh beberapa hal yaitu,

  • Penggunaan bahan bakar dengan kadar sulphur yang lebih tinggi.
  • Terjadinya blow by gas karena keausan permukaan antara piston ring dengan silinder liner. 
  • Jumlah minyak lumas dalam tangki yang kurang.
  • Adanya kontaminasi komponen eksternal (seperti air, bahan bakar atau sejenisnya) yang menyebabkan kerusakan zat aditif minyak lumas
  • Kekurangan top-up (penambahan). Kondisi ini biasanya terjadi karena secara visual kondisi minyak lumas baik dan volumenya stabil dan/atau bertambah karena kontaminasi komponen eksternal (misal, kebocoran air pendingin atau bahan bakar). 

reaksi asam hasil pembakaran mesin, kontaminasi air (apabila ada indikasi kebocoran air pendingin) serta kemungkinan pengaruh overheat mesin.


TBN yang turun akan mempengaruhi fungsinya untuk menetralisir kadar asam yang dihasilkan dari pembakaran. Akibatnya akan terjadi beberapa hal diantaranya,

    • Asam hasil pembakaran tidak dapat dinetralisir dengan baik sehingga pengaruh korosi akan semakin tinggi.
    • Kualitas minyak lumas turun dan dikategorikan sebagai "kerusakan minyak lumas".
    • Minyak lumas akan menjadi lebih kotor sehingga akan memungkinkan untuk terjadinya,
      • Kotoran yang terbentuk dapat menyumbat saluran kapiler minyak lumas. Sehingga minyak lumas tidak dapat mengalir.
      • Kotoran yang terbentuk menumpuk pada celah piston ring groove yang akan mempercepat keausan piston ring dan silinder liner.
      • Kotoran yang terbentuk memungkinkan akan membentuk deposit berbentuk padat yang dapat menyebabkan kerusakan pada bearing.

 Tindakan apabila ditemukan TBN yang rendah adalah dengan melakukan identifikasi penyebab turunnya kadar TBN tersebut (sesuai dengan lima sebab diatas) dan melakukan top-up dengan harapan akan meningkatkan kadar kandungan basa pada minyak lumas.

Sistem pendingin mesin menjadi salah satu sistem yang sangat penting untuk memastikan mesin dapat beroperasi dengan baik dan normal pada temperatur kerjanya. Sistem pendingin yang baik akan bekerja untuk mencegah terjadinya kondisi overheating atau overcooling pada mesin.

Fresh water cooler type tube (foto by: dokumentasi pribadi penulis)


Pada saat mesin beroperasi dengan temperatur kerja yang tinggi (overheat, melebihi nilai batas atas temperatur kerja yang ditentukan), maka sistem pendingin akan bekerja untuk proses heat transfer dengan menyerap panas dan selanjutnya dialirkan pada media pendingin yang selalu bersirkulasi.

Pada kondisi sebaliknya, apabila mesin beroperasi dengan temperatur kerja rendah (overcool, melebihi nilai batas bawah temperatur kerja yang ditentukan), maka sistem pendingin akan bekerja dengan sirkulasi tertutup melalui three-way valve atau thermostatic valve. Dalam kondisi ini maka media pendingin akan bekerja dengan sirkulasi untuk menghangatkan mesin sehingga permukaan mesin akan cukup panas dan mencapai temperatur kerja yang ideal.

Pada dasarnya, baik kondisi overheat dan/atau overcool menjadi dua kondisi yang sama-sama tidak dikehendaki pada saat pengoperasian mesin. Kedua kondisi tersebut harus dihindari untuk menjamin optimalisasi engine performance dan mencegah terjadinya major damage pada mesin.

Dalam prakteknya, tidak jarang ada "kelainan" yang terjadi pada sistem pendingin yang mengakibatkan penurunan engine performance. Salah satunya yang akan dibahas dalam artikel ini adalah kondisi overheating yang teridentifikasi sebagai salah satu fresh water cooling failure.

Beberapa kondisi yang mengakibatkan terjadinya overheating pada sistem pendingin mesin adalah sebagai berikut,
  1. Volume air pendingin kurang
  2. Aliran air pendingin tidak lancar
  3. Heat exchanger tidak bekerja dengan baik
  4. Terjadi sumbatan / ke-buntu-an sistem pendingin
  5. Terdapat udara dalam sistem air pendingin
Kondisi overheating yang berkelanjutan tentunya akan menurunkan engine performance. Apabila kondisi ini berlanjut, maka tidak jarang akan mengakibatkan kerusakan komponen mesin.

Overheating yang berkelanjutan secara menerus hingga mendekati titik didih air akan mengalibatkan perubahan jenis media pendingin. Air tawar sebagai media pendingin akan menguap dan berubah menjadi steam yang akan "terjebak" dalam sistem pendingin.

Apabila kondisi tersebut diatas telah terjadi, maka hal yang perlu dilakukan untuk tindakannya adalah sebagai berikut,
  1. Segera matikan mesin. Dengan mematikan mesin maka akan menghindarkan major damage yang mungkin akan terjadi pada mesin. Mematikan mesin akan mencegah temperatur mesin terus meningkat (karena radiasi pembakaran).
  2. Buka breather valve yang terpasang ada sisi outlet atau top-side engine. Membuka valve ini akan memungkinkan untuk membuang udara atau steam yang "terjebak" dalam sistem pendingin.
  3. Tetap jalankan pompa air pendingin. Dengan menjalankan pompa air pendingin maka akan mempercepat proses sirkulasi air tawar pendingin.
  4. Diamkan mesin beberapa saat untuk menurunkan temperatur mesin (cooling down). 
  5. Setelah temperatur mesin semakin turun ada kisaran 60°C - 70°C selanjutnya isikan air pendingin baru dalam sistem. Proses ini harus dilakukan secara perlahan untuk mencegah terjadinya shock temperature yang memungkinkan terjadinya keretakan pada bahan karena pengaruh perubahan temperatur material secara tiba-tiba.

Panas hasil pembakaran akan diubah menjadi tenaga mesin, namun panas yang berlebih secara menerus akan menimbulkan kerugian yang dapat menurunkan engine performance dan bahkan dapat memicu terjadinya kerusakan pada mesin itu sendiri. Untuk mencegah terjadinya resiko tersebut diatas, maka diperlukan pendinginan mesin yang baik dan berkelanjutan. Dengan demikian maka mesin akan dapat beroperasi pada temperatur kerja yang ideal. Salah satu poin yang perlu mendapat perhatian dalam operasional mesin bahwa sistem pendingin mejadi salah satu sistem penunjang dalam operasional mesin yang memliki peran sangat penting.

Dalam operasionalnya tidak jarang akan ditemukan kendala – kendala yang sifatnya dapat menghambat kelancaran operasional mesin. Kendala yang dimaksudkan tentu perlu mendapat perhatian khusus dan penanganan dengan segera untuk dapat memaksialkan kondisi mesin tersebut. Salah satu kendala yang sangat mungkin terjadi adalah terjadinya kebocoran air tawar pendingin yang masuk dalam rua bakar mesin.



Indikator tekanan air tawar pendingin yang turun karena pengaruh "masuk angin" (Foto & Video by: Dokumentasi pribadi penulis)


Penyebab utama terjadinya kebocoran air tawar pendingin dalam rung bakar mesin adalah dimungkinkan adanya kebocoran yang memilki “akses” langsung ke ruang bakar mesin. Beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kebocoran air tawar pendingin dalam ruang bakar tersebut diantaranya adalah,

  1. Terjadinya kerusakan pada o’ring pendingin yang terpasang pada exhaust valve dan/atau intake valve mesin.
  2. Terjadinya kerusakan permukaan cylinder head dan/atau exhaust valve yang disebabkan oleh berkurangnya ketebalan permukaan bahan dan/atau keretakan yang terjadi pada permukaan bahan.

Kebocoran yang masuk dalam ruang bakar mesin harus mendapat penaganan serius dengan segera. Dampak buruk dari kondisi ini apabila tidak dengan segera dilakukan penanganan adalah,

  1. Terjadinya water hammer. Air yang sifatnya tidak dapat dikompresikan namun dipaksa oleh dorongan piston dalam ruang bakar maka akan dapat menghasilkan “pukulan” air yang akan dapat merusak komponen mesin. Seperti terjadinya kerusakan ada piston, valve, cyl head atau bahkan conecting rod. Untuk mncegah terjadinya resiko terburuk water hammer yang dialami oleh mesin, maka sumber kebocoran harus dapat dengan segera dilakukan perbaikan. Baik dengan melakukan penggantian terhadap o’ring pendingin yang mengalami kerusakan ataupun melakukan penggantian komponen yang mengalami kerusakan permukaannya.
  2. Uap air yang terbakar dalam ruang bakar selanjutnya akan menempel dan melimbulkan kerak pada turbin blade turbocharger. Kerak air yang menempel pada bilah turbin akan menjadi pemberat putaran turbin. Dalam kondisi ini akan mengakibatkan menurunnya tekanan udara bilas mesin karena pengaruh putaran turbin mesin yang berkurang juga. Selain itu, putaran turbin turbocharger yang semakin melambat akan menghalangi laju aliran gas buang dari masing – masing silinder untuk segera keluar melalui cerobong. Hambatan aliran ini akan menjadi salah satu unsur yang mempengaruhi meningkatnya temperatur gas buang mesin pada seluruh silinder mesin.

Indikasi terjadinya kebocoran air tawar pendingin dalam ruang bakar mesin

Segala bentuk ketidaknormalan instrumen (baik tekanan dan temperatur) mesin pada saat beroperasi harus segera mendapat perhatian dan penanganan untuk mencegah terjadinya kerusakan yang berakibat fatal. Untuk dapat melakukan penanganan, maka hal yang perlu diperhatikan adalah beberapa indikasi yang memungkinkan terjadinya kebocoran terebut. Diantaranya adalah,

  1. Berkurangnya volume air tawar pendingin dalam tangki ekspansi. Apabila volume kebocoran dalam ruang bakar tidak terlalu  besar, maka berkurangnya volume air tawar pendingin dalam tangki idak dapat terpantau dengan signifikan.
  2. Terpantau dalam tangki ekspansi keluar gelembung – gelembung udara. Gelembung gelembung udara yang dimaksudkan adalah udara yang dikompresikan dalam ruang bakar mesin yang telah masuk dalam sistem pendingi mesin. Pada saat langkah kompresi mesin, udara dikompresikan dalam ruang bakar. Tekanan udara yang dikompresikan menjadi berlipat kurang lebih sampai dengan seratus kali lebih besar dari tekanan atmosfir. Tekanan yang tinggi tersebut memunginkan masuk dalam celah (titik sumber kebocoran) yang ada pada komponen mesin. Dalam kasus ini, kebocoran air tawar pendingin tidak dapat masuk dalam ruang bakar karena volume kebocoran yang relatif kecil dan tekanan kompesi mesin lebih besar apabila dibandingkan dengan tekanan air tawar pendingin (udara kompresi yang akan masuk dalam sistem air tawar pendingin). Udara yang masuk dalam sistem air tawar pendingin selanjutnya akan dapat terpantau pada tangki ekspansi. Perlahan (atau menyesuaikan dengan volume kebocorannya) akan ada gelembung – gelembung udara dalam tangki ekspansi.
  3. Tekanan air tawar pendingin yang terbaca pada pressure gauge menjadi gerak – gerak tidak stabil (hunting). Tekanan air tawar pendingn akan terganggu karena sistem air yang seharusnya padat, namun sudah terisi dengan udara kompresi mesin. Pada umumnya kondisi ini diistilahkan dengan “masuk angin”.

 Penangana dengan segera menjadi sangat penting untuk dlakukan untuk menghindari resiko - resiko yang dapat menghambat kelancaran operasioal mesin. Terhadap indikasi adanya keretakan pada permukaan komponen mesin, maka setelah dilakukan pembogkaran komponen perlu dilakukan color check untuk dapat memastikan sumber kebocoran yang diakibatkan oleh keretakan bahan.

 

Contoh identifikasi keretakan seating valve dengan menggunakan sistem color check. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)

 

 

 

Kontaktor menjadi salah satu komponen yang banyak ditemui dalam rangkaian kelistrikan diatas kapal. Pentingnya penggunaan diatas kapal menjadi dasar pentingnya perawatan kontaktor tersebut. Dalam suatu kondisi, tidak jarang ditemukan adanya "musibah" kontaktor yang terbakar.
Apabila kontaktor dalam suatu rangkaian penggerak sudah dalam kondisi terbakar, pastinya sistem yang difungsikan sebagai penggerak tidak dapat difungsikan. Dalam kondisi tersebut menjadi kendala untuk dapat meyelesaikan suatu proyek dan terget pekerjaan hingga akan menggangu kelancaan operasional.

Magnetic contactor yang terpasang pada rangkaian kelistrikan. (foto by: Dokumemtasi pribadi penulis)


Beberapa penyebab terbakarnya kontaktor adalah,
  1. Pemilihan arus kontaktor berdasarkan rangkaian kerja yang tidak sesuai. Dalam kondisi ini diartikan juga bahwa terdapat beban yang lebih besar melewati kontaktor. Dimisalkan, arus kerja motor pada rangkaian adalah sebesar 30 A, namun digunakan kontaktor dibawah kapasitas arus motor listrik tersebut (misal 25A). Dalam kondisi ini, komponen pertama yang menjadi "korban" adalah kontaktor. Kumparan dalam magnetic contactor menjadi panas. Panas yang berlebih secara menerus akan dapat memicu terjadinya kontaktor yang terbakar.
  2. Kumparan yang ada pada magnetic contactor dalam kondisi kotor, berdebu, berminyak atau sejenisnya. Kotoran, debu ataupun minyak yang ada pada permukaan kumparan magnetic contactor akan memicu terjadinya kegagalan fungsi pada coil yang terpasang dalam magnetic contactor. 
  3. Over-load relay yang tidak terpasang pada rangkaian dan/atau dalam kondisi rusak. Pemasangan overload relay menjadi hal yang wajib sebagai pelengkap sistem keamanan rangkaian kelistrikan. Peran over-load relay menjadi sangat penting dalam rangkaian kelistrikan.  Apabila dimungkinkan terjadi kasus 'lonjakan arus' dalam rangkaian kelistrikan, maka magnetic contactor akan "terselamatkan" oleh fungsi over-load relay.
  4. Gerakan mekanis / putaran pada elektro motor yang berat. Pada umumnya, pemakaian kontaktor terpasang pada rangkaian starter untuk elektro motor. Gerakan mekanis / putaran elektro motor yang berat menjadi salah satu penyebab terbakarnya kontaktor. Putaran yang berat dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya, 
      • Bearing yang terpasang pada elektro motor dalam kondisi tidak baik dan/atau rusak. Dalam kondisi demikian, maka gerakan rotor elekto motor menjadi tertahan dan berat. Apabila rangkaian dilengkapi degan overload relay, maka resiko terbakarnya kotaktor akan dapat diminimalkan.
      • Komponen mekanis shaft elektro motor dalam kondisi tesambung dengan brake. Kondisi brake ON akan memberatkan putaran  rotor elekto motor. Putaran yang berat selanjutnya akan memicu panas, dan resiko terparah apabila panas tidak ertangani dengan baik dapat mengakibatkan terbakarnya kontakor dan/atau elektro motir itu sendiri.
Terhadap adanya resiko terbakarnya kontaktor dalam suatu rangkaian, ada beberapa hal yang perlu dilakukan. diantaranya adalah,
  1. Dilakukan perawatan secara rutin terhadap rangkaian kelistrikan. Perawatan yang dimaksudkan diataranya adalah memeriksa dan memastikan kekencangan sambungan kabel yang terpasang pada kontaktor.
  2. Dalam langkah awal melakukan sambungan terhadap rangkaian, perlu dilakukan perhitungan dan pemilihan arus kerja kontaktor yang sesai dengan arus kerja beban yang ada.
  3. Memastikan kontaktor dalam kodisi bersih dan kering. Kontaktor yang terpasang harus dipastikan bebas dari kotoran. Selain itu, sumber kotoran dan sumber kebocoran air dan/atau minyak harus dihindarkan.
  4. Pemasangan ovrload relay pada rangkaian dan dipasikan dapat berfungsi dengan baik.
  5. Komponen penggerak mekanis yang terdapat pada beban harus dirawat dengan baik. Hal ini menjadi sangat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya jam terhadap komonen elektro motor.
Operasional boiler memanfaatkan energi panas dari pembakaran dalam furnace. Pembakaran yang terjadi dalam boiler harus memenuhi komposisi segitiga api yang tepat sebagai syarat terpenuhinya energi panas yang maksimal. Seperti halnya pemantauan  performance motor bakarperformance boiler (juga) dapat diidentifikasi dari warna gas buang yang keluar dari cerobong.

Dengan memperhatikan temperatur pembakaran dan warna gas buang yang keluar dari cerobong boiler, maka kita dapat dengan cepat mengidentifikasi apa yang terjadi dalam ruaang bakar boiler. Dalam operasional normal, cerobong boiler akan mengeluarkan gas sisa pembakaran yang tipis (cenderung transparan tidak berwarna dominan). Namun dalam prakteknya dilapangan, tidak jarang ditemukan cerobong boiler yang mengeluarkan asap pekat berwarna hitam maupun berwarna putih.

Cerobong tempat memantau kinerja permesinan. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)


Sebagai analisa atas yang terjadi dilapangan, berikut ini adalah beberapa indikasi atas ketidaknormalan warna gas buang.

Gas buang berwarna hitam diantaranaya disebabkan oleh,
  • Pengaturan damper kurang sesuai yang memungkinkan aliran udara terlalu sedikit.
  • Pemilihan nozzle tip dengan spray angle dan flow rate kurang sesuai. Dalam kondisi ini dimungkinkan nozzle tip yang dipakai memiliki "nilai" lebih tinggi dari kondisi standartnya, sehingga jumlah bahan bakar yang di atomisasi menjadi berlebih.
  • Temperatur bahan bakar terlalu rendah. Kemungkinan kerusakan FO heater dan (atau) pengaturan thermostat FO heater yang kurang tepat dapat menjadi indikasi temperatur bahan bakar yang terlalu rendah.
  • Pengaturan komponen burner tidak sesuai sehingga mengakibatkan pembakaran tidak sempurna. Yang dimaksudkan pengaturan komponen dalam burner meliputi jarak antara kedua ujung elektroda, jarak antara ujung elektroda dengan ujung nozle tip atau jarak antara nozzle tip dengan baffle plate.
Gas buang berwarna putih diantaranya disebabkan oleh,
  • Pasokan udara berlebih, dimungkinkan dari pengaturan damper yang terlalu besar.
  • Damper timming switch tidak bekerja.
  • Nozzlee tip terlalu kecil atau mengalami kebuntuan sehingga jumlah bahan bakar yang dikabutkan terlalau sedikit.
  • Tekanan bahan bakar terlalu tinggi (tidak sesuai dengan standart yangvtrlah ditentukan oleh maker dalam manual book.
  • Terjadi kebocoran thermal oil (pada boiler jenis thermal oil) pada ruang bakar atau ekonomizer.

Dalam operasional boiler, tidak jarang ditemukan beberapa kendala yang terdeteksi oleh safety devices yang terpasang pada sistem boiler. Perangkat keamanan tersebut memberi informasi berupa alarm peringatan sebagai perhatian kepada operator. Salah satu jenis alarm yang sering terjadi dalam operasional boiler adalah miss-fire alarm. Miss-fire alarm pada dasarnya dapat terjadi karena kesalahan pengoperasian dan/atau gangguan atau kerusakan (trouble) yang terjadi pada sistem.

Panel thermal oil boiler dan kelengkapan instrumen alarmnya. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)

Beberapa penyebab terjadinya miss-fire alarm diantaranya adalah,

1. Alarm terjadi karena gagal pembakaran 2-3 detik dan/atau 10 detik setelah proses combustion.

  • Kerusakan flame eye yang mengakibatkan input cahaya tidak terbaca oleh sensor yang kemudian sistem kontrol mematikan sistem bahan bakar boiler.
  • Pengaturan damper pada sisi keluar fan yang tidak sesuai sehingga memungkinkan jumlah udara terlalu sedikit atau terlalu banyak dan tidak memungkinkan terjadi pembakaran karena komposisi segitiga api tidak setimbaang.
  • Kerusakan pada fuel oil pump yang memungkinkan turunnya tekanan bahan bakar setelah 2-3 detik operasional. Lakukan pemantauan terhadap pressure gauge untuk mengidentifikasi kinerja pompa bahan bakar.
  • Kerusakan solenoid valve yang berfungsi membuka-menutup saluran bahan bakar menuju burner. Kerusakan ini memungkinkan bahan bakar tidak dapat di-atomisasi sehingga tidak terjadi pembakaran dalam furnace.
  • Ketidaksesuaian pengaturan jarak antara nozzle tip dengan buffle plate.
2. Tekanan bahan bakar turun (dibawah tekanan kerja) dan pembakaran berhenti.
  • Terjadi kebocoran pada sistem pipa atau strainer bahan bakar sehingga jumlah bahan bakar menjadi berkurang.
  • Filter bahan bakar yang kotor. Pada umumnya filter terpasang pada booster pump, inlet flowmeter dan dalam body fuel oil pump.
  • Terjadi vapour locking yaitu sumbatan uap pada sistem pipa bahan bakar karena bahan bakar mengandung air yang relatif tinggi.
  • Kekentalan atau viskositas bahan bakar yang terlalu tinggi karena fuel oil heater tidak bekerja dengan baik.
3. Alarm karena sama sekali tidak terjadi pembakaran dalam furnace.
  • Ketidaksesuaian pengaturan jumlah udara yang dihasilkan oleh fan melalui damper.
  • Ketidaksesuaian pengaturan jarak antara ujung elektroda, ujung nozzle dan baffle plate.
  • Kerusakan pompa bahan bakar yang memungkinkan tekanan bahan bakar tidak dapat meningkat sesuai tekanan kerja yang diharapkan.
  • Terjadi kebuntuaan pada ujung nozzle tip sehingga proses atomisasi bahan bakar tidak dapat berlangsung dengan sempurna. Kebuntuan disebabkan oleh sumbatan kotoran pada celah ujung cut-off valve dan screw pin.
  • Tidak terjadi percikan bunga api karena kerusakan yang terjadi pada ignition transformator.
4. Alarm miss-fire pada saat proses combustion.
  • Temperatur bahan bakar yang terlalu rendah karena sistem pemanasan (heating) bahan bakar tidak berjalan dengan baik. Dimungkinkan karena kerusakan oil heater.
  • Kerusakan pada flame eye.
  • Supply bahan bakar yang tidak normal daan tidak stabil karena kerusakan pompa dan/atau sumbatan kotoran pada filter.
  • Sumbatan terjadi pada cut-off valve dan screw pin burner

Pada dasarnya purifier bekerja berdasarkan prinsip gaya sentrifugal dan perbedaan berat jenis zat cair yang akan dipisahkan. Gaya sentrifugal yang dimaksudkan berasal dari putaran bowl pada shaft nya. Dalam operasional putaran bowl, tidak jarang akan menghasilkan getaran berlebihan yang tidak dikehendaki.

Overhaul feed pump purifier karena pengaruh unalignment vertical-horisontal shaft. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)

Getaran berlebih ini harus segera mendapat penanganan karena akan mengurangi kinerja hasil purifikasi (menjadi kurang optimal/kurang bersih) serta akan memicu kerusakan komponen yang lainnya seperti pondasi, motor listrik penggerak, shaft, bearing, housing dan permukaan bowl.

Beberapa penyebab operasional purifier dengan getaran berlebih (over vibration) diantaranya adalah,

  1. Proses bowl-cleaning yang tidak bersih sempurna dan selanjutnya menyisakan deposit kotoran pada salah satu sisi bowl. Deposit kotoran pada salah satu sisi akan menjadi “pemberat” pada salah satu sisi yang akan menjadikan unbalance saat purifier beroperasi. Apabila hal ini terjadi, tindakan yang dilakukan adalah mambongkar (kembali) bowl untuk selanjutnya dilakukan pembersihan dengan tuntas.
  2. Pemasangan komponen yang tidak sesuai. Pemasangan komponen yang tidak sesuai akan mamberikan titik berat pada salah satu sisinya. Titik berat yang ada pada salah satu sisi akan memicu unbalance saat operasional purifier. untuk memastikan kondisi ini, segera re-check dan periksa susunan pemasangan komponen purifier kemudian pastikan komponen terpasang dengan susunan yang tepat.
  3. Disc stack / disc bowl tidak terikat/terkompresi dengan kuat. Dalam kondisi ini, yang menjadi masalah adalah ikatan lock ring kurang tepat pada tanda “0” yang ada pada lock ring maupun bowl. tindakan perbaikannya adalah dengan melakukan pembongkaran selanjutnya memastikan lock ring telah terikat dengan kuat dan berposisi pada tanda “O”.
  4. Perangkat vertical driving device yang tidak centre dan/atau tidak terpasang dengan benar. Pemasangan yang tidak benar ini disebabkan oleh beberapa sebab diantaranya Bearing yang mengalami kerusakan karena faktor usia pemakaian, over-heat, atau sebab kerusakan yang lainnya. Dalam kondisi yang demikian, hal yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan kelurusan vertical shaft pada saat bowl dilepas. Memeriksaan kelurusan dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan alat ukut dial gauge. Apabila didapatkan data ukur dengan nilai simpangan yang relatif tinggi, maka perlu dilakukan tindakan lanjutan berupa identifikasi penyebab ketidaklurusan shaft. Apabila diidentifikasi karena kerusakan bearing, maka perlu dilakukan penggantian spare parts baru. Atau dari sebab lain, apabila diidentifikasi karena adjusting screw yang tidak terikat dengan rata, maka perlu dilakukan pengecekan kekuatan ikatan lock spring menggunakan torque wrench sehingga didapatkan kekuatan pengikatan yang sama untuk menjamin kelurusan pemasangan shaft.
  5. Lock nut yang tidak terpasang / terikat pada shaft dengan kuat. Lock nut yang kendor akan memicu gerakan bowl menjadi tidak teratur pada saat menerima gaya putar. Gerakan “liar” inilah yang akan memicu unbalance bowl pada saat purifier difungsikan.
  6. Vibration damper yang terpasang pada pondasi mengalami kerusakan. Vibration damper terbuat dari karet dengan tingkat kekenyalan yang cukup tinggi. Apabila bahan dari karet ini mengalami kerusakan karena faktor usia atau karena kerusakan yang lainnya, maka tidak ada reduksi getaran sehingga memicu timbulnya over vibration saat purifier beroperasi.
de
Piston merupakan salah satu komponen bergerak yang memiliki peran sangat penting dalam menghasilkan tenaga mesin. Untuk menunjang optimalisasi fungsinya tersebut, piston harus dalam kondisi terawat dan selalu diperhatikan kondisinya (bentuk, dimensi dan kinerjanya). 

Terdapat beberapa kondisi yang harus diperhatikan selama proses pemantauan kondisi dan performance piston itu sendiri. Selain melakukan pengukuran dimensi piston saat pekerjaan overhaul, jenis pemantauan kondisi piston dilakukan terhadap beberapa kondisi berikut ini,

Penumpukan karbon pada sisi atas permukaan piston
Penumpukan karbon yang berlebih pada sisi atas permukaan piston merupakan kondisi yang tidak normal. 
Karbon dan white deposit pada permukaan piston. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penumpukan karbon berlebih pada sisi atas permukaan piston (biasanya juga terjadi penumpukan karbon pada ujung nozzle tip injector serta penumpukan pada sisi combustion chamber pada cylinder head) diantaranya adalah,
  1. Pembakaran yang tidak sempurna. Pada umumnya disebabkan oleh ketidaknormalan fuel injection valve. Hal yang perlu dilakukan adalah melakukan perawatan dan pengetesan fuel injection valve serta pemeriksaan timing injection.
  2. Karakteristik bahan bakar yang memiliki kandungan karbon relatif tinggi. Dalam kondisi ini hal yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan sample di laboratorium.
  3. Temperatur pendingin mesin yang terlalu rendah (terlebih pada sesaat setelah mesin dimatikan). Pengaruh temperatur yang relatif dingin akan mempercapat reaksi kimia dalam combustion chamber atas sisa - sisa gas buang pembakaran saat mesin running sehingga akan mempercepat terbentuknya karbon..
  4. Pada mesin yang mengguakan pelumasan silinder, penumpukan karbon salah satunya dapat dipengaruhi oleh karakteristik minyak lumas silinder yang tidak sesuai. Total base number (TBN) dan feed rate yang tidak sesuai pada minyak lumas silinder akan mempengaruhi penumpukan karbon pada permukaan atas piston maupun sisi groove piston ring.

Bertambahnya white deposit pada sisi atas permukaan piston.
Penumpukan white deposit akan menjadi "masalah" baru pada piston. Beberapa penyebab timbulnya white deposit diantaranya adalah,
  1. Bahan bakar yang memiliki kandungan air dengan kadar yang cukup tinggi. Dengan mengoperasikan purifier dengan prosedur yang tepat, maka akan mengurangi dan menghilangkan kadar air berlebih pada bahan bakar.
  2. Dimungkinkan terjadi kebocoran air tawar pendingin (pada umumnya kebocoran dari cylinder head menuju combustion chamber)
Injector merupakan salah satu komponen terpenting dalam menunjang terjadinya pembakaran dalam combustion chamber. Untuk menjamin performance mesin terjaga dengan baik, maka perawatan dan pengetesan injector harus dilakukan secara terjadwal dan berkelanjutan.
Injector emergency generator engine. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis).

Salah satu "masalah" yang sering ditemukan saat membongkar injector yang terpasang pada cyl head adalah ditemukannya penumpukan karbon (berwarna hitam dan keras) pada ujung nozzle tip injector. Kondisi tersebut diantaranya disebabkan oleh,
  1. Pembakaran yang tidak sempurna. Pembakaran yang terjadi dalam combustion chamber menjadi "penentu" besarnya tenaga yang dibangkitkan oleh mesin. Tidak sempurnanya pembakaran menjadi indikasi penurunan engine performance
  2. Karakteristik bahan bakar yang dikonsumsi oleh mesin memiliki kandungan kandungan karbon (carbon residue) yang cukup tinggi. Sehingga reaksi kimia pembakaran akan "menyisakan" karbon yang akan menempel pada komponen yang bersinggungan langsung dengan ruang bakar misalnya pada exhaust valve serta injector. Pemeriksaan kandungan kimia bahan bakar perlu dilakukan dengan melakukan pengujian sampel di laboratorium (fuel oil analysis).
  3. Kerusakan pada (lubang) nozzle tip. Lubang nozzle yang terlalu lebar akan memicu pengkabutan yang kurang "halus" sehingga dimungkinkan akan terjadi pembakaran yang kurang sempurna. Partikel bahan bakar yang kurang terkabut dengan baik akan "menyisakan" sebagian kecil jumlah bahan bakar yang akan mengalir dan membasahi ujung nozzle. Pengaruh panas dalam ruang bakar akan mempercepat pembentukan karbon pada ujung nozzle yang berasal dari bahan bakar tersebut. Solusi dari kondisi ini adalah melakukan penggantian dengan nozzle tip yang baru.
  4. Temperatur air pendingin yang terlalu rendah. Injector terpasang pada cyl head yang dikelilingi oleh rongga yang berisi air pendingin. Temperatur air tawar pendingin yang terlalu rendah akan menghasilkan selisih temperatur antara ujung injector dengan body injector (yang tertanam dalam cyl head). Perbedaan temperatur ini akan memicu reaksi kimia yang akan mempercepat pembentukan kerak karbon pada ujung nozzle tip.
  5. Temperatur bahan bakar yang tidak sesuai. Untuk menghasilkan pembakaran yang sempurna, salah satu syarat yang dipenuhi adalah temperatur bahan bakar yang sesuai untuk menunjang tercapainya kekentalan (viskositas) bahan bakar yang ditentukan oleh maker. Apabila temperatur bahan bakar terlalu rendah, artinya kekentalan akan semakin tinggi dan akan memicu pembakaran yang tidak sempurna dalam ruang bakar yang akan menghasilkan banyak karbon (yang beberapa bagian akan menempel pada ujung nozzle tip).

Gas buang berwarna hitam ataupun berwarna putih adalah indikasi ketidaknormalan operasional mesin. Gas buang mesin yang berwarna putih diantaranya disebabkan oleh,

  1. Delay timming injection. Waktu pengkabutan bahan bakar yang terlambat dan tidak sesuai dengan rekomendasi maker akan memberi pengaruh penurunan tenaga mesin. Lakukan pemeriksaan dan penyetelan fuel injection timing.
  2. Overcooled. Mesin beroperasi pada temperatur yang terlalu dingin.
  3. Oversupply minyak lumas dalam ruang bakar. Kondisi ini adalah terbakarnya minyak lumas dalam combustion chamber. Terbakarnya minyak lumas dalam ruang bakar diantaranya disebabkan oleh,
    • Keausan komponen pembentuk ruang bakar (piston rings & cyl liner). Tekanan kompresi yang rendah salah satunya disebabkan oleh keausan komponen. Lakukan pemeriksaan tekanan kompresi tiap silinder. 
    • Kerusakan valve steam seal yang terpasang pada batang valve (mesin empat langkah). Kerusakan yang terjadi akan memungkinkan masuknya minyak lumas melalui celah valve.
    • Level minyak lumas terlalu tinggi (mesin empat langkah). Volume berlebih yang akan memungkinkan "naiknya" minyak lumas kedalam ruang bakar.
Piston & rings generator engine. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)


Starting valve perlu mendapatkan tindakan perawatan secara teratur untuk menjamin optimalisasi fungsinya dalam sistem udara pejalan. Starting valve terpasang pada cylinder head dan berhubungan langsung dengan combustion chamber. 

Letaknya yang berhubungan secara langsung dengan combustion chamber, mengharuskan starting valve untuk dapat menutup dengan rapat saat engine running (tidak difungsikan dalam proses starting engine). Ketidakrapatan penutupan starting valve akan memungkinkan masuknya gas buang pembakaran kedalam pipa sistem udara pejalan. Gas panas yang masuk dalam pipa - pipa udara pejalan memungkinkan terjadinya air start explosion yang akan memberikan dampak negatif terhadap operasional mesin, operator mesin dan lingkungan

Ketika mesin sedang beroperasi, kebocoran starting valve (pada masing - masing silinder) dapat diidentifikasi dari terjadinya peningkatan temperatur (overheating) yang terjadi pada percabangan pipa udara starting valve pada cylinder head. Peningkatan temperatur berasal dari gas buang yang masuk dalam sistem pipa udara pejalan.

Kebocoran starting valve yang telah teridentifikasi harus dengan segera mendapat tindakan perawatan / penggantian untuk mencegah bahaya air starting explosion.

Apabila kebocoran starting valve terjadi saat proses manouver (yang mengaruskan kapal tetap dapat bergerak untuk menghindari bahaya di alur pelayaran), hal yang perlu dilakukan adalah dengan "menghilangkan" pembakaran yang terjadi pada silinder yang mengalami kebocoran starting valve. Menetralkan (zeroed batang rack) akan mencegah terjadinya pembakaran yang akan meminimalkan resiko yang akan ditimbulkan oleh kebocoran starting valve.

Ilustrasi pemeriksaan kinerja starting valve. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis_manual book B&W Engine Series)

Pemeriksaan starting valve untuk menjamin optimalisasi fungsinya saat terpasang pada mesin dapat dilakukan dengan cara,
  1. Pemeriksaan pembukaan spindle valve, dilakukan dengan cara mengalirkan udara bertekanan pada sisi pilot air dari air distributor. Saat udara dialirkan, spindle harus dapat bergerak untuk membuka dengan cepat tanpa adanya hambatan. (Sesuai dengan ilustrasi gambar diatas).
  2. Pemeriksaan kerapatan penutupan spindle starting valve. Saat pilot air air distributor tidak mengalirkan udara, spindle akan menutup karena gaya dorong spring yang terpasang dalam starting valve. Kerusakan permukaan spindle dan seating memungkinkan ketidakrapatan menutupnya spindle starting valve. Pemeriksaan kerapatan dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan HSD/MDO yang diletakkan pada sisi dalam spindle saat starting valve telah dirakit sempurna. Kebocoran HSD/MDO dari permukaan spindle mengindikasikan kebocoran pada spindle.


Gas buang menjadi indikator sederhana untuk memantau performance mesin pada umumnya. Temperatur gas buang dan warna gas buang merupakan unsur yang digunakan untuk mengidentifikasi terjadinya pembakaran dalam combustion chamber. Gas buang berwarna putih, KLIK DISINI!

Gas buang yang berwarna hitam merupakan indikasi ketidaknormalan pembakaran, diantaranya disebabkan oleh:
  1. Overload. Beban mesin yang terlalu tinggi melebihi kemampuannya, "memaksa" pembakaran terjadinya dalam combustion chamber. 
  2. Pasokan bahan bakar yang membentuk "segitiga api" dalam combustion chamber tidak sempurna. Pasokan yang tidak sempurna dikarenakan komponen sistem bahan bakar yang tidak bekerja dengan baik. Komponen yang dimaksud adalah fuel injection pump serta fuel injection valve. Pemeriksaan lead fuel injection pumpadjust fuel injection valve perlu dilakukan untuk menjamin pasikan bahan bakar dalam combustion chamber.
  3. Penggunaan bahan bakar yang tidak sesuai dengan karakteristik jenis dan beban operasional mesin. Karakteristik bahan bakar yang digunakannharus sesuai dengan rekomendasi maker. Selain itu tingkat kekentalan dan panas bahan bakar harus disesuaikan dengan karakter dan beban mesin.
  4. Kemungkinan terjadinya scavenge fire pada mesin diesel dua langkah.
  5. Pasokan udara bilas dalam ruang bakar berkurang / tidak cukup. Kekurangan pasokan diantaranya disebabkan oleh,
    • kotornya filter udara turbocharger.
    • compressor/blower side & turbin side kotor yang berakibat penurunan putaran turbocharger. Cleaning turbin & blower/compressor side diperlukan untuk mengurangi high deposit yang "membebani".
    • nozzle ring kotor.
Two stroke low speed diesel engine HITACHI ZOOSEN B&W 6 L 42 MC. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)


Selain berkurangnya minyak lumas, bertambahnya level minyak lumas dalam tangki / carter merupakan kondisi yang tidak normal dalam operasional mesin. Beberapa penyebab bertambahnya permukaan minyak lumas diantaranya adalah,

1. Kebocoran air pendingin mesin.
Bertambahnya permukaan minyak lumas apabila disebabkan oleh kontaminasi oleh air, secara visual dapat terlihat warna keputihan pada minyak lumas. Sumber kebocoran dimungkinkan berasal dari:
  • rusaknya o-ring seal cyl liner.
  • keretakan cylinder block.
  • kontaminasi air hujan yang masuk melalui pipa peranginan (air mist pipe)
  • kontaminasi air got karena korosi permukaan pipa sounding (sounding pipe), korosi permukaan atas tangki (tank top & man hole) dll.
2. Kebocoran bahan bakar. 
Apabila minyak lumas terkontaminasi dengan bahan bakar, maka secara visual sukar untuk diidentifikasi. Namun, masalah kontaminasi ini dapat dengan mudah untuk diidentifikasi dengan menggunakan indra penciuman. Sumber kebocoran dimungkinkan berasal dari:
  • kerusakan o-ring seal fuel injection pump (FIP).
  • kerusakan seal pada feed pump (untuk jenis mesin yang pompa bahan bakarnya terpasang pada mesin).
Kontaminasi dengan jumlah yang kecil akan susah untuk dilakukan identifikasi namun, akan tetap memberikan pengaruh buruk terhadap operasional mesin. Perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kandungan yang pasti yang terkandung dalam minyak lumas.

Generator engine. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)



Minyak lumas dalam mesin memiliki peran yang sangat penting. Selain harus mampu membentuk lapisan minyak (oil film) pada permukaan yang bergerak (untuk mengurangi gesekan / friction permukaan), minyak lumas juga harus memiliki kemampuan mendinginkan / menyerap panas mesin. Kedua fungsi utama minyak lumas harus dapat dipenuhi untuk menjamin optimalisasi operasional mesin.

Selama operasional mesin, tidak jarang akan terjadi kendala diantaranya adalah minyak lumas yang tersimpan dalam sump tank / engine carter menjadi berkurang atau bahkan resiko bertambahnya level minyak lumas  . Berkurangnya minyak dalam sump tank / engine carter tentu "memaksa" dilakukan penambahan untuk mempertahankan level minyak lumas supaya tidak mengganggu operasiinal mesin. Beberapa indikasi yang pada umumnya menjadi penyebab diantaranya adalah,
  1. Terjadi kebocoran pipa pada sistem minyak lumas. Kebocoran pipa minyak lumas akan "membuang" pelumas secara sia-sia. Identifikasi titik kebocoran harus dengan segera ditemukan untuk mencegah konsumsi minyak lumas semakin bertambah.
  2. Kebocoran minyak lumas yang digunakan sebagai media piston cooling karena kerusakan o-ring seal pada piston rod (pada mesin diesel dua langkah putaran rendah). Kerusakan / putusnya o-ring seal piston rod akan "membuang" minyak lumas yang berfungsi sebagai piston cooling kedalam stuffing box drain tank sehingga minyak yang seharusnya bersirkulasi dan kembali menuju sump tank menjadi berkurang. Langkah identifikasi adalah dengan membuka side cover stuffing box, kemudian menjalankan pompa minyak lumas. Apabila dalam pemantauan terjadi kebocoran dari sambungan antara piston rod dengan piston skirt, dimungkinkan penyebab kebocoran adalah rusak / putusnya o-ring seal piston rod.
  3. Keausan pada scrapper & seal ring stuffing box (pada mesin dua langkah putaran rendah). Stuffing box yang tidak dapat bekerja dengan optimal karena keausan komponennya, memungkinkam minyak lumas yang menempel pada piston rod (saat piston berada di TMA/sisi crankcase) tidak "tersapu" dengan sempurna. Sebagian kecil minyak lumas tersebut akan mengalir kedalam LO stuffing box tank yang mengindikasikan berkutangnya level LO system dalam sump tank.
  4. Keausan komponen dalam ruang bakar (piston rings / cyl liner). Dalam kasus ini pada umumnya diindikasikan oleh tekanan kompresi dalam silinder yang rendah. pemeriksaan tekanan kompresi mesin dan analisa diagram indikator menjadi dasar yang kuat untuk mensimpulkan apa yang trrjadi dalam ruang bakar. Tekanan kompresi mesin yang rendah salah satunya akan berakibat masuknya minyak lumas dalam combustion chamber. Terbakarnya minyak lumas dalam ruang bakar secara cepat dapat dianalisa dari gas buang pembakaran yang berwarna putih.
  5. Kebocoran minyak lumas karena kerusakan pada lube oil cooler. Kerusakan LO cooler diantaranya terjadi pada:
    • Kerusakan pada gasket LO cooler. Apabila ditemukan kerusakan pada gasket, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah penggantian gasket.
    • Tube LO cooler rusak. Jenis kerusakan pada tube adalah kerusakan permukaan tube yang akan memungkinkan minyak lumas "mengalir" dan "terbuang" bersamaan dengan media pendingin (air). Secara sederhana dan cepat kebocoran dapat dianalisa ketika membuka drain plug LO cooler. Ketika membuka drain plug dan ditemukan kontaminasi media pendingin (air laut) terhadap minyak lumas, maka hal ini menjadi indikasi kebocoran tube. Dalam LO cooler terdapat begitu banyak pipa kapiler yang harus diidentifikasi letak pipa yang mengalami kebocoran. Setelah kebocoran ditemukan, penanganan pertama sebagai tindakan emergency adalah dengan memasangkan probe dengan menggunakan wooden plug.
Ilustrasi pemasangan wooden plug pada LO cooler. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis_manual book NIGATA Diesel Engine).


Beberapa diagnosa tersebut diatas merupakan contoh yang sering terjadi diatas kapal. Terlepas dari beberapa diagnosa tersebut apabila belum diketemukan penyebab utama, maka perlu dilakukan analisa lanjutan menyesuaikan jenis mesin dan penataan sistem pelumasnya.

Setelah mendapatkan diagram indikator mesin, langkah selanjutnya adalah melakukan analisa terhadap hasil pengukuran. Analisa diagram indikator akan memberikan gambaran atas kondisi pembakaran dalam silinder untuk mendapatkan abalisa atas performance mesin pada umumnya.

Sedikitnya terdapat tiga kondisi diagram yang dapat digunakan untuk memantau performance mesin diantaranya adalah,

1. Tekanan maksimal rendah, tekanan kompresi normal, beberapa hal yang menjadi penyebab diantaranya adalah: 

  • Kualitas bahan bakar kurang baik. Perhatikan karakteristik bahan bakar. Lakukan pemeriksaan kandungan kimia melalui analisis lab apabila diperlukan.
  • Tekanan injeksi bahan bakar terlalu rendah. Test FIV kemudian sesuaikan seluruh instrumennya dengan ketentuan yang direkomendasikan oleh maker.
  • Fuel injection pump tidak bekerja dengan baik. (Pump lead terlalu rendah, kerusakan suction valve, dll). Adjust lead fuel injection pump sesuai dengan rekomendasi maker.



2. Tekanan maksimal tinggi, tekanan kompresi normal, beberapa hal yang menjadi penyebab diantaranya adalah: 
  • Fuel injection pump memiliki lead terlalu besar. Yang mengakibatkan waktu penyalaan menjadi lebih awal.
  • Variable injection timing index tidak sesuai.


3. Tenakan maksimal dan tekanan kompresi rendah, beberapa hal yang menjadi penyebab diantaranya adakah:
  • Terjadi kebocoran kompresi dari blow-by atau exhaust valve tidak menutup dengan rapat saat langkah kompresi. Pemeriksaan yang lebih lanjut diperlukan untuk menemukan penyebab utama kebocoran kompresi. Grinding exhaust valve merupakan salah satu jenis perawatan terhadap exhaust valve untuk menghindari kebocoran kompresi.
  • Tekanan udara bilas rendah, dimungkinkan dari ketidaknormalan kinerja turbocharger atau air filter turbocharger kotor.