Just another free Blogger theme

Untuk menjamin operasional permesinan yang baik dan benar sesuai dengan yang direkomendasikan oleh maker, maka harus disusun panduan dalam bentuk standart operasional procedure (SOP) yang berdasarkan manual book pada masing - masing permesinan. Operator harus paham dan terampil untuk mengoperasikan permesinan sesuai SOP tersebut. 

Terkait dengan operasional steam boiler diatas kapal, terdapat beberapa kesalahan operasional yang sering dilakukan oleh operator (dimungkinkan karena kurang memahami SOP dan kinerja permesinan tersebut). Kesalahan operasional yang sering terjadi diantaranya adalah:
  1. Tidak melakukan pre-purging pada furnace. Furnace istilah ruang bakar pada boiler. Jenis boiler modern telah dilengkapi dengan sistem yang memungkinkan  start - stop boiler dengan auto mode. Auto mode telah di-program setiap langkah operasionalnya dapat bekerja dengan urut sesuai durasi yang dibutuhkan dalam setiap prosesnya. Demikian halnya dengan "kebutuhan" pre-purging sebelum start boiler dan post-purging setelah boiler dimatikan. Dalam operasional boiler dengan manual mode, "kesalahan" pre-purging dimungkinkan dapat terjadi. Sebelum start boiler, pre-purging harus dilakulan dengan cara menjalankan force draft (FD) fan selama 2-3 menit untuk menjamin kondisi furnace menjadi pure, sehingga aman untuk pembakaran. Resiko terburuk tidak melakukan pre-purging adalah terjadinya ledakan dalam furnace dan/atau blowback.
  2. Kesalahan operasional hot water circulation pump. Hot water circulation pump adalah pompa yang akan mensirkulasikan air panas dari boiler menuju  exhaust gas economizer. Pompa ini dijalankan minimal 15 menit sebelum main engine dioperasikan dan dimatikan 2-4 jam setelah main engine berhenti. Kesalahan yang sering terjadi adalah mematikan hot water circ pump sesaat setelah mesin induk dimatikan (dalam kondisi ini local heat masih terjadi). Memberikan waktu yang cukup untuk mematikan hot water circ pump memungkinkan dapat mencegah terjadinya thermal shock dan/atau terbakarnya pipa pada exhaust gas economizer.
  3. Tidak membersihkan furnace dari kemungkinan terjadinya oil spill setelah dilakukan perawatan burner. Pekerjaan penggantian dan pengecekan pilot/main burner memungkinkan akan memberikan efek terbentuknya oil spill dalam furnace akibat dari un-burned fuel. Setelah dilakukan pekerjaan perawatan, furnace harus dikembalikan dalam kondisi bersih dan terhindar dari adanya oil spill untuk mencegah terjadinya ledakan dan/atau blowback.
  4. Gelas duga (sigh glass) kotor. Gelas duga yang kotor dimungkinkan tidak dapat menunjukkan permukaan air yang sebenarnya dalam boiler. Kotoran pada gelas duga yang menumpuk memungkinkan akan menbentuk sumbatan pada saluran gelas duga. Selain tidak dapat membaca permukaan air dalam boiler dengan akurat, kotoran dan sumbatan pada saluran gelas duga akan "mengecoh" kinerja feed pump (karena sensor level untuk run-stop feed pump terdapat dalam gelas duga boiler). Perawatan terhadap gelas duga dapat dilakukan dengan melakukan steam blow secara periodik.
  5. Pemeriksaan pilot burner tidak pada tempat yang sesuai. Dalam pekerjaan perawatan pilot burner, tidak jarang akan dilakukan pengujian nyala api yang dihasilkan oleh burner. Penempatan yang kurang aman selama melakukan pengetesan memungkinkan terjadinya electrical shock "kesetrum" dan/atau bahaya kebakaran apabila tempat sekitar terdapat bahan bakar yang dapat memicu terjadinya kebakaran (misal: oil spill atau majun kotor berminyak).
  6. Abai terhadap peringatan alarm. Alarm yang terpasang pada setiap permesinan merupakan instrumen peringatan yang membantu operator untuk dapat bekerja dengan aman. Artinya, operator harus tanggap atas setiap alarm yang ada dan kemudian mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya.
  7. Exhaust gas economizer dalam kondisi kotor. Exhaust gas economizer dimungkinkan dapat kotor karena terjadi penumpukan jelaga dari gas buang main engine. Penumpukan jelaga akan mengurangi kapasitas heat transfer selama operasional produksi steam. Selain itu, penumpukan jelaga juga akan mengambat aliran gas buang mesin yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap engine performance & exhaust gas temperature. Shoot blow perlu dilakukan secara periodik sesuai dengan cara dan waktu yang telah dituliskan dalam manual book.
  8. Thermal shock. Pada saat pertama kali mengoperasikan boiler (setelah sekian lama tidak dioperasikan), harus dilakukan secara bertahap untuk menghindari terjadinya thermal shock boiler. Direkomendasikan start boiler dengan jeda waktu yang berjenjang untuk "normalisasi" kinerja boiler. Misalnya, start awal boiler dijalankan selama 10 menit kemudian dimatikan selama 20 menit, selanjutnya dijalankan selama 30 menit dan kemudian dimatikan selama 30 menit. Demikian seterusnya dengan tetap melakukan pemantauan dan pemeriksaan kualitas pembakaran selama operasional untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi.
Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 komentar:

Posting Komentar