Motor listrik banyak digunakan diatas kapal sebagai pesawat yang merubah energi listrik menjadi energi kinetik/energi gerak. Energi gerak yang dihasilkan oleh motor listrik dimanfaatkan untuk menggerakkan pompa, kompressor, blower dll.
Dalam operasional motor listrik, sistem kendali kelistrikan telah tertata pada panel board yang pada umumnya terpasang dalam engine control room. Tombol start-stop, main breaker dan ampere meter pada umumnya telah terpasang pada panel tersebut.
Terpasangnya ampere meter dimaksudkan untuk memantau kinerja motor secara langsung. Indikator sederhana ini akan menjadi sarana bantu bagi para operator untuk optimalisasi kinerja dan mencegah kerusakan permesinan selama operasional. Sebagai contoh, arus yang berlebih (over current) pada motor listrik mengindikasikan kerja berat (over load) yang dialami oleh motor tersebut.
Ampere meter yang terpasang pada panel board. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)
Secara teoritis, perhitungan batasan arus maksimal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
P = akar 3 × V × I × Cos Phi
Maka,
I = P / (akar 3 × V × Cos Phi)
Sebagai contoh
Sebuah motor listrik dengan data yang terlulis dalam name plate memiliki power 90 KW (= 90. 000 W). Dioperasikan pada tegangan AC 440 V dengan frekuensi 60 Hz dan diketahui Cos Phi = 0.8.
Berapakah arus maksimum yang ditoleransi oleh motor listrik tersebut?
Jawab;
I = P / (akar 3 × V × Cos Phi)
I = 90.000 / (akar 3 × 440 × 0,8)
I = 150,4 A
jadi arus maksimal yang ditoleransi oleh motor tersebut sebesar 150,4 A
Pada umumnya over current disebabkan oleh,
- beban berlebih yang diterima oleh motor listrik.
- rangkaian starter device yang kurang sesuai.
- hilangnya tegangan salah satu phasa.
Pada dasarnya over current harus dihindari karena memberikan dampak buruk berupa terbakarnya motor listrik. Sebagai perangkat pengaman terhadap bahaya over current dalam rangkaian harus dilengkapi dengan over current relay.
0 komentar:
Posting Komentar