Dalam industri pelayaran yang semakin mengutamakan efisiensi energi dan ramah lingkungan, penggunaan dual fuel engine (mesin bahan bakar ganda) pada kapal menjadi pilihan yang semakin populer. Mesin ini memungkinkan kapal untuk beroperasi dengan dua jenis bahan bakar, biasanya bahan bakar fosil dan bahan bakar alternatif, seperti LNG (Liquefied Natural Gas), LPG (Liquefied Petroleum Gas), atau bahkan biofuel.
Dual fuel engine adalah
jenis mesin yang mampu beroperasi menggunakan dua jenis bahan bakar yang
berbeda, umumnya bahan bakar cair (seperti Heavy Fuel Oil (HFO) atau Marine
Diesel Oil (MDO)) dan bahan bakar gas (seperti LNG, LPG, atau gas alam).
Mesin ini dirancang untuk berpindah di antara dua bahan bakar tersebut secara
otomatis tergantung pada ketersediaan bahan bakar dan kondisi operasional
kapal.
Jenis Dual Fuel Engine
- Dual Fuel Diesel Engine. Mesin
ini menggunakan bahan bakar gas (LNG, LPG) pada saat beroperasi, tetapi
jika gas tidak tersedia, mesin dapat beralih ke bahan bakar diesel atau
HFO.
- Dual Fuel Gas Engine. Mesin
ini mengutamakan penggunaan gas (LNG atau LPG) dan menggunakan bahan bakar
diesel hanya untuk memulai proses pembakaran (sebagai bahan bakar pilot).
Keuntungan
menggunakan dual fuel engine pada kapal,
1.
Pengurangan emisi dan dampak lingkungan.
Penggunaan
gas alam seperti LNG sebagai bahan bakar utama mengurangi emisi gas rumah kaca
secara signifikan dibandingkan dengan bahan bakar minyak fosil. Beberapa
keuntungan utama termasuk:
· Pengurangan
emisi sulfur (SOx): LNG hampir tidak mengandung sulfur, yang berarti emisi SOx
dari mesin kapal berkurang drastis.
· Pengurangan
emisi nitrogen oksida (NOx): Pembakaran LNG menghasilkan emisi NOx yang lebih
rendah dibandingkan bahan bakar minyak.
· Pengurangan
karbon dioksida (CO₂): LNG menghasilkan emisi CO₂ yang
lebih rendah dibandingkan dengan HFO atau MDO.
· Mengurangi
partikel halus (PM) yang berbahaya bagi kesehatan.
2. Efisiensi
energi yang lebih baik.
Mesin dual
fuel yang menggunakan LNG atau LPG memiliki efisiensi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan mesin berbahan bakar HFO. Penggunaan gas menghasilkan
pembakaran yang lebih bersih dan lebih efisien, yang berkontribusi pada
pengurangan konsumsi bahan bakar.
3.
Fleksibilitas operasional.
Kemampuan
untuk menggunakan dua jenis bahan bakar memberi kapal fleksibilitas dalam
pengoperasian di berbagai wilayah dengan ketersediaan bahan bakar yang berbeda.
Jika LNG tidak tersedia, kapal dapat beralih ke bahan bakar diesel atau HFO.
4.
Kepatuhan terhadap regulasi lingkungan.
Dengan
regulasi yang semakin ketat, seperti batas emisi sulfur yang lebih rendah dari
IMO 2020 dan aturan lingkungan dalam IMO MARPOL Annex VI, mesin dual fuel membantu
kapal untuk memenuhi persyaratan emisi internasional dan regional.
|
Contoh
penataan sistem pipa dual fuel engine. (gambar: https://www.sciencedirect.com/) |
|
|
Sistem injeksi bahan bakar pada dual fuel egine. (Gambar: POUNDER’S MARINE DIESEL ENGINES AND GAS TURBIES 8TH EDITION). |
Komponen
utama dalam dual fuel engine kapal
- Fuel injection system:
Memungkinkan mesin untuk menyuntikkan dua jenis bahan bakar secara
terpisah ke dalam ruang bakar.
- Pilot fuel system: Bahan
bakar ini digunakan untuk menyalakan bahan bakar gas pada saat start-up
mesin, atau ketika bahan bakar gas tidak mencukupi.
- Switch-over mechanism: Sistem
otomatis yang mengalihkan mesin dari bahan bakar satu ke bahan bakar
lainnya sesuai dengan kondisi operasional dan ketersediaan bahan bakar.
- Gas supply system: Sistem
yang mengalirkan gas ke mesin dalam jumlah yang tepat dan pada tekanan
yang diperlukan.
- Exhaust gas cleaning system (scrubber): Beberapa
mesin dual fuel dilengkapi dengan sistem pembersih gas buang untuk
memenuhi standar emisi yang ketat.
Tantangan
dalam pengoperasian dual fuel engine,
1.
Infrastruktur pengisian LNG yang terbatas.
Meskipun
LNG menawarkan banyak keuntungan, salah satu tantangan utama adalah
keterbatasan infrastruktur pengisian LNG di banyak Pelabuhan. Terutama di
negara berkembang atau di daerah-daerah yang jauh dari jalur pelayaran utama.
Hal ini dapat menyulitkan kapal untuk mengoperasikan dengan bahan bakar gas
secara terus-menerus.
2. Biaya
awal yang lebih tinggi.
Pengadaan
dan instalasi mesin dual fuel biasanya lebih mahal dibandingkan dengan
mesin konvensional. Selain itu, sistem penyimpanan gas LNG di kapal (terutama
untuk LNG yang membutuhkan suhu rendah) juga memerlukan investasi lebih besar.
3. Keahlian
teknis yang diperlukan.
Operasi dual
fuel engine memerlukan perawatan dan pengoperasian yang lebih kompleks,
karena mesin harus mampu beralih antara bahan bakar cair dan gas dengan lancar.
Kru kapal perlu dilatih untuk mengelola sistem ganda ini secara efektif.
4.
Ketersediaan bahan bakar gas.
Sumber
bahan bakar gas seperti LNG tidak tersedia di semua lokasi, sehingga kapal yang
menggunakan dual fuel engine harus merencanakan jalur pelayaran dengan
cermat agar tetap dapat mengisi bahan bakar gas.
Dengan
semakin ketatnya regulasi lingkungan global dan kebutuhan akan pengurangan
emisi karbon, dual fuel engine diharapkan akan menjadi solusi utama
untuk mencapai keberlanjutan dalam industri pelayaran. Teknologi ini memberikan
fleksibilitas bahan bakar dan memenuhi standar emisi yang semakin ketat,
meskipun ada tantangan terkait dengan biaya dan infrastruktur.
Selain
LNG, bahan bakar alternatif lainnya seperti biofuel dan hidrogen juga mulai
dipertimbangkan untuk pengoperasian mesin dual fuel, membuka peluang baru dalam
transisi menuju sistem propulsi yang lebih ramah lingkungan.
0 komentar:
Posting Komentar