Just another free Blogger theme

Diatas kapal, ada beberapa istilah "asing" yang sulit dipahami oleh orang pada umumnya. Sebagai contoh, ada beberapa istilah pe-nama-an sisi kapal sesuai dengan standart internasional.



Bow, stern, port side dan startboard side adalah istilah penamaan sisi kapal.

Istilah pe-nama-an sisi kapal. (Foto by: onboard.crew.app)

Bow
Adalah istilah untuk menyebutkan sisi depan kapal / haluan kapal.

Stern
Adalah istilah untuk menyebutkan sisi belakang / buritan kapal.

Startboard
Adalah sisi kanan kapal. Menurut sejarah, istilah startboard berasal dari bahasa jerman steerboard yang artinya adalah sisi kemudi. Namun seiring perkembangan jaman dan untuk mempermudah pengucapan, maka muncul "bahasa serapan" yang lebih mudah dan efisien sehingga disebut istilah startboard seperti yang kita kenal saat ini. 
Selain penyebutan istilah secara internasional, untuk menjamin keselamatan dalam operasional kapal (menunjang keselamatan pelayaran dalam sistem navigasi) sisi kanan kapal startboard, pada malam hari diisyaratkan dengan menggunakan lampu navigasi berwarna hijau.

Port
Adalah sisi kiri kapal. Menurut sejarah, sisi kiri kapal disebut istilah port side karena pada umumnya dahulu kapal bersandar di dermaga menggunakan sisi lambung kiri-nya.
Sebelum menggunakan istilah port, untuk menyebut sisi kiri kapal digunakan istilah larboard yang berarti sisi pemuatan.
Namun penyebutan istilah larboard didengar hampir sama dengan penyebutan sisi kanan kapal startboard. Atas alasan tersebut, sehingga akhirnya disepakati secara internasional desebut dengan istilah port seperti yang sampai dengan saat ini digunakan.



Sistem pendingin mesin menjadi salah satu sistem yang sangat penting untuk memastikan mesin dapat beroperasi dengan baik dan normal pada temperatur kerjanya. Sistem pendingin yang baik akan bekerja untuk mencegah terjadinya kondisi overheating atau overcooling pada mesin.

Fresh water cooler type tube (foto by: dokumentasi pribadi penulis)


Pada saat mesin beroperasi dengan temperatur kerja yang tinggi (overheat, melebihi nilai batas atas temperatur kerja yang ditentukan), maka sistem pendingin akan bekerja untuk proses heat transfer dengan menyerap panas dan selanjutnya dialirkan pada media pendingin yang selalu bersirkulasi.

Pada kondisi sebaliknya, apabila mesin beroperasi dengan temperatur kerja rendah (overcool, melebihi nilai batas bawah temperatur kerja yang ditentukan), maka sistem pendingin akan bekerja dengan sirkulasi tertutup melalui three-way valve atau thermostatic valve. Dalam kondisi ini maka media pendingin akan bekerja dengan sirkulasi untuk menghangatkan mesin sehingga permukaan mesin akan cukup panas dan mencapai temperatur kerja yang ideal.

Pada dasarnya, baik kondisi overheat dan/atau overcool menjadi dua kondisi yang sama-sama tidak dikehendaki pada saat pengoperasian mesin. Kedua kondisi tersebut harus dihindari untuk menjamin optimalisasi engine performance dan mencegah terjadinya major damage pada mesin.

Dalam prakteknya, tidak jarang ada "kelainan" yang terjadi pada sistem pendingin yang mengakibatkan penurunan engine performance. Salah satunya yang akan dibahas dalam artikel ini adalah kondisi overheating yang teridentifikasi sebagai salah satu fresh water cooling failure.

Beberapa kondisi yang mengakibatkan terjadinya overheating pada sistem pendingin mesin adalah sebagai berikut,
  1. Volume air pendingin kurang
  2. Aliran air pendingin tidak lancar
  3. Heat exchanger tidak bekerja dengan baik
  4. Terjadi sumbatan / ke-buntu-an sistem pendingin
  5. Terdapat udara dalam sistem air pendingin
Kondisi overheating yang berkelanjutan tentunya akan menurunkan engine performance. Apabila kondisi ini berlanjut, maka tidak jarang akan mengakibatkan kerusakan komponen mesin.

Overheating yang berkelanjutan secara menerus hingga mendekati titik didih air akan mengalibatkan perubahan jenis media pendingin. Air tawar sebagai media pendingin akan menguap dan berubah menjadi steam yang akan "terjebak" dalam sistem pendingin.

Apabila kondisi tersebut diatas telah terjadi, maka hal yang perlu dilakukan untuk tindakannya adalah sebagai berikut,
  1. Segera matikan mesin. Dengan mematikan mesin maka akan menghindarkan major damage yang mungkin akan terjadi pada mesin. Mematikan mesin akan mencegah temperatur mesin terus meningkat (karena radiasi pembakaran).
  2. Buka breather valve yang terpasang ada sisi outlet atau top-side engine. Membuka valve ini akan memungkinkan untuk membuang udara atau steam yang "terjebak" dalam sistem pendingin.
  3. Tetap jalankan pompa air pendingin. Dengan menjalankan pompa air pendingin maka akan mempercepat proses sirkulasi air tawar pendingin.
  4. Diamkan mesin beberapa saat untuk menurunkan temperatur mesin (cooling down). 
  5. Setelah temperatur mesin semakin turun ada kisaran 60°C - 70°C selanjutnya isikan air pendingin baru dalam sistem. Proses ini harus dilakukan secara perlahan untuk mencegah terjadinya shock temperature yang memungkinkan terjadinya keretakan pada bahan karena pengaruh perubahan temperatur material secara tiba-tiba.
Dari sudut pandang pelaut sebagai pekerja, kapal adalah tempat bekerja dan "rumah kedua" dalam menjalani keseharian. Para pejuang nafkah yang jauh dari keluarga ini akan kembali kerumah setelah masa kontrak kerjanya diatas kapal selesai.
Setelah cukup waktu dirumah, waktunya kembali bekerja, tidak jarang para pelaut akan berposisi di jabatan, jenis kapal atau perusahaan pelayaran yang berbeda (walau tidak jarang juga para pelaut kembali ke "janda-nya" sebelumnya).

Kapal dalam proses sandar di pelabuhan. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)


Bagi para pelaut yang naik diatas kapal yang baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjamin keamanan dan keselamatannya selama bekerja diatas kapal.
Bagi seorang pelaut, kapal baru adalah "rumah baru" yang perlu dipelajari beberapa aspeknya untuk menunjang profesionalitas dalam bekerja sesuai dengan jabatan yang diembannya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat pertama kali naik ke kapal. Diantaranya adalah:
  1. Lapor kepada Nakhoda sebagai pimpinan tertinggi diatas kapal. Selanjutnya lapor kepada perwira tertinggi pada masing-masing departemen. Departemen deck kepada chief officer dan departemen mesin kepada chief engineer.
  2. Pahami letak alat-alat keselamatan pribadi yang ada didalam kamar pribadi. Alat-alat keselamatan yang dimaksud diantaranya adalah life jacket, helmet, safety googles dan yang lainnya. Hal ini menjadi sangat penting untuk menjamin sikap waspada dan cepat tanggap atas kondisi darurat diatas kapal.
  3. Pahami letak dan fungsi alat-alat keselamatan yang ada diatas kapal, termasuk juga tentang posisi muster station yang ada diatas kapal. Selain memahami tentang lokasi alat keselamatan, hal yang perlu dipahami adalah karakter dari alat keselamatan tersebut. Misalnya posisi life boat, kapasitas muat dan jenis mesin penggeraknya.
  4. Memahami sijil darurat sesuai dengan jabatan diatas kapal. Setiap kondisi darurat harus dipahami tentang apa yang harus dikerjakan dan dimana posisi awak kapal tersebut berada.
  5. Pahami tentang tugas dan tanggung jawab sesuai dengan jabatan. Tugas dan tanggung jawab awak kapal telah tertulis dalam SMK (sistem manajemen keselamatan) yang telah disusun oleh perusahaan pelayaran.
  6. Verifikasi dan familiarisasi atas semua kebijakan perusahaan sesuai dengan yang tertulis dalam SMK (sistem manajemen keselamatan) perusahaan. Verifikasi dan familiarisasi pada umumnya dilakukan oleh perwira senior pada masing-masing departemen. Apabila awak kapal telah melakukan verifikasi dan familiarisasi SMK manual, maka dianggap awak kapal tersebut telah memehami dan "cakap" dalam bekerja diatas kapal.
Pada dasarnya, hal yang perlu diperhatikan adalah untuk keperluan safety and security selama bekerja diatas kapal. Dengan memahami hal-hal tersebut setidaknya akan menjamin terlaksananya ISM code sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan pelayaran dan pemerintah selaku regulator.