Just another free Blogger theme

Pada saat kapal melakukan perawatan tahunan (docking) ada beberapa bagian kapal yang berada di bawah garis air (BGA) yang perlu perawatan secara khusus. Salah satu bagian yang menjadi perhatian khusus selama melaksanakan docking adalah sistem propulsi (propultion system). Sistem penggerak kapal yang dimaksud meliputi propeller blade, propeller shaft, bantalan dan sistem pelumasan propeller shaft serta thruster propeller (baik bow thruster maupun stern thruster). 

Selain untuk melakukan perawatan dan/atau perbaikan (apabila ada temuan kerusakan), perawatan terhadap propultion system juga menjadi salah satu item pemeriksaan yang telah ditentukan oleh biro klasifikasi. Bentuk regulasi yang teah ditentukan oleh biro klasifikasi berbentuk class survey yang dilakukan secara berkala.



Visualisasi proppeller blade & daun kemudi sebelum dilakukan perawatan. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)


Terhadap propultion system yang ada diatas kapal, ada beberapa hal yang perlu dilakukan pemantauan dan perawatan pada saat kapal melaksanakan docking.

  1. Scrapping & sand blasting. Proses ini menjadi tahapan awal sebelum melakukan perawatan lebih lanjut. Scrapping adalah tahapan awal yang dilakukan untuk membersihkan permukaan kapal dari kerang, tiram atau biota laut padat lainnya yang menempel pada permukaan lambung kapal. Setelah dilakukan proses scrapping maka proses pembersihan selanjutnya adalah sand blasting. Sand blasting adalah proses pembersihan permukaan lanjutan yang memanfaatkan "tembakan" pasir bertekanan pada permukaan lambung kapal. Tembakan pasir bertekanan dimaksudkan dapat menjangkau celah terkecil yang ada pada lipatan lambung kapal sehingga proses perawatan dapat dilakukan dengan maksimal (khususnya sebelum melakukan perawatan pengecatan).
  2. Pemeriksaan permukaan propeller blade. Pemeriksaan permukaan dimaksudkan untuk menjamin keutuhan permukaan propeller blade dari resiko korosikavitasi, dan kerusakan yang bersifat destruktif karena tubrukan atau hantaman benda keras lainnya saat dilaut (misal balok kayu, pipa atau sejenisnya). Pemeriksaan permukaan menjadi sangat penting, selain secara langsung berpengaruh terhadap kecepatan kapal, juga akan berpengaruh secara langsung terhadap adanya vibration atau getaran yang akan diterima secara langsung oleh mesin dan pada umumnya juga akan dirasakan seluruh kapal. Tentunya getaran yang berlebih akan sangat berpengaruh terhadap keausan komponen penggerak kapal diantaranya propeller bearing, shaft bearing, main bearing engine dan yang lainnya.
  3. Pemeriksaan pangkal propeller shaft. Pemeriksaan ini dapat dilakukan langsung secara visual untuk menjamin ada atau tidaknya belitan jaring nelayan pada propeller shaft
  4. Pemeriksaan kebocoran minyak lumas hidrolis dan pengujian derajat CPP. Untuk kapal dengan propultion system jenis controlable pitch propeller (CPP), maka juga perlu dilakukan pemeriksaan kebocoran minyak lumas hidrolis penggerak blade propeller. Pemeriksaan kebocoran minyak lumas hidrolis dapat dilakukan secara bersamaan dengan pengujian derajat CPP pada setiap tingkat kecepatan sesuat dengan yang tertulis dalam engine speed table. Pengujian derajat CPP harus disinkronisasi antara yang terbaca pada local side, engine side dan blade angle indicator (baik yang ada di anjungan maupun yang ada di engine control room).
  5. Pengukuran shaft clearance. Pada umumnya pengukuran ini dilakukan oleh pihak galangan. Hasil pengukuran celah poros ini menjadi salah satu dokumen yang akan dilaporkan kepada pihak biro klasifikasi. Pengukuran shaft clearance dapat dilakukan dengan menggunakan feeler gauge atau menggunakan shaft weardown. Penggunaan salah satu dari alat ukur tersebut adalah menyesuaikan dengan konstruksi shaft housing & shaft bearing.
  6. Pemasangan zink anode pada permukaan shaft housing. Pemasangan zink anode ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya korosi berlebihan yang terjadi pada permukaan propeller blade, propeller shaft dan permukaan disekitarnya.
  7. Pelapisan cat pada permukaan propeller blade. Dengan dilakukan pelapisan menggunakan cat pada permukaan propeller blade maka dimaksudkan akan mengurangi resiko kerusakan karena korosi dan kavitasi.




Dokumentasi pekerjaan perawatan dan pemeriksaan poros propeller. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)


Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2008 pengertian kapal  adalah  kendaraan  air  dengan  bentuk  dan  jenis tertentu,  yang  digerakkan  dengan  tenaga  angin,  tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah  permukaan  air,  serta  alat  apung  dan  bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah. Untuk mengurangi penurunan performance pada usia pakai kapal yang semakin bertambah, maka perlu dilakukan perawatan dan/atau perbaikan secara berkala. Sebagai operator alat transportasi air, maka setiap pelaut harus memahami tentang teori perawatan dan perbaikan. Hal tersebut menjadi sangat penting karena merupakan dasar pengetahuan untuk melaksanakan perawatan guna menjamin kelancaran operasional kapal pada umumnya.


Kondisi propeller blade. (Foto by: dokumentasi pribadi penulis)



Salah satu perawatan kapal yang dilakukan berkala dalam hitungan tahun adalah aktifitas docking (penge-dok-an). Pelaksanaan docking dimaksudkan untuk melakukan perawatan kapal secara menyeluruh meliputi konstruksi lambung, permesinan, peralatan dan perlengkapan guna memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal. 

Beberapa tahapan yang dilakukan sebelum, selama dan sesudah docking adalah sebagai berikut,

  1. Pembuatan time schedule pelaksanaan docking. Poin ini merupakan jenis perencanaan yang harus dilakukan sebelum melaksanakan docking. Pembuatan jadwal pengedokan dilakukan kaitannya dengan menyesuaikan dock-space yang ada di tempat docking. Selain itu juga hal yang tidak kalah pengtinya adalah menyesuaikan anggaran yang dibutuhkan selama proses perawatan.
  2. Pembuatan repair list docking. Daftar perawatan yang disusun ini merupakan semua jenis pekerjaan yang ada kaitanya dengan konstruksi lambung, permesinan serta peralatan penunjang operasional kapal yang lainnya.
  3. Survey atas repair list docking yang telah selesai disusun. pelaksanaan survey ini tentunya dilakukan oleh pihak - pihak yang berkepentingan yaitu pihak operator kapal (yang mungkin diwakili oleh awak kapal atau owner surveyor) serta pihak pelaksana pekerja (yang biasanya merupakan vendor pelaksana proyek). Survey pekerjaan yang tertulis tentunya merupakan sarana komunikasi dan koordinasi antara pihak kapal dan pihak pekerja proyek.
  4. Penyiapan rencana kebutuhan logistik kapal meliputi kebutuhan BBM (bahan bakar minyak), air tawar, minyak lumas dan yang lainnya.
  5. Terkait dengan pelaksanaan perawatan selama docking, dilakukan inventarisasi laporan docing diantaranya meliputi,
    • laporan hasil pengukuran clearance poros kemudi dan poros propeller.
    • laporan pengukuran jangkar dan rantai jangkar (termasuk pengukuran berat jangkar).
    • laporan aktifitas kerja selama docking.
    • laporan pemakaian spare parts yang dilakukan selama pekerjaan overhaul mesin dan juga perawatan kelistrikan.
    • laporan pemakaian material konstruksi (termasuk penggunaan material plat dan pipa - pipa).
    • laporan pengukuran clearance komponen permesinan diantaranya pengukuran piston & ring piston, pengukuran web-deflectionpengukuran exhaust valvepengukuran diameter dalam silinder linerpengukuran clearance main & crank pin bearing, dan pengukuran yang lainnya.
    • laporan kelistrikan meliputi laporan pengukuran tahanan isolasi / megger test.
    • laporan inventaris kapal. Laporan yang dimaksud harus disesuaikan antara stok yan ada dikapal, jumlah yang dibutuhkan, jumlah yang dipakai dan ssa yang masih ada diatas kapal setelah digunakan.
    • laporan evalusai secara menyeluruh kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan docking.
    • laporan - laporan yang ada kaitannya dengan klasifikasi dan sertifikasi kapal.