Just another free Blogger theme

Sebagai insan yang beragama (terlepas dari apapun keyakinan yanag dianut oleh masing-masing orang), kita diajarkan bahwa salah satu "misteri" yang menjadi rahasia setiap orang adalah datangnya kematian.
Rahasia tersebut dapat datang kepada siapapun, kapanpun dan dimanapun. Tidak terkecuali dengan kematian yang terjadi diatas kapal. Baik itu terhadap awak kapal dan/atau penumpang kapal.

Ilustrasi kematian. (Foto by: grid.id)


Faktor resiko yang sangat tinggi diatas kapal memungkinkan terjadinya "misteri" tersebut untuk datang diatas kapal bahkan pada saat kapal berada ditengah samudera.

Kematian diatas kapal dapat disebabkan oleh berbagai hal. Diantaranya karena infeksi penyakit, penularan penyakit, kelahiran atau kematian serta kecelakaan kerja diatas kapal.
Sebagai mahluk yang beradab, adanya kematian diatas kapal harus ditangani dengan baik menurut tata cara yang telah ditentukan (meliputi tata cara penanganan jenazah, persiapan penguburan dilaut, serta pelaksanaan penguburan dilaut).

Penanganan jenazah menjadi hal yang tidak bermasalah apabila dialami pada kapal dengan waktu pelayaran singkat dengan jarak tempuh yang relatif dekat. Namun akan berbeda halnya apabila kejadian tersebut terjadi pada kapal lintas benua yang berlayar antar samudera.

Penanganaan jenazah harus dilakukan dengan baik, cepat dan tepat atas dasar,
  • Tanggung jawab secara hukum (tanggung jawab yuridis) tentang kematian awak kapal/penumpang harus diteliti dengan baik dimungkinkan adanya pengaruh tindak pidana sebagai penyebabnya.
  • Apabila jenazah meninggal karena infeksi/penularan penyakit, maka penanganan harus dilakukan dengan baik untuk mencegah / mengisolasi terjadinya penularan terhadap lingkungan sekitarnya.
  • Setiap kejadian kematian dan/atau kelahiran diatas kapal harus dicatat dalam buku harian atau kisah kapal meliputi identitas diri secara lengkap (termasuk sidik jari), indikasi penyebab kematian, perawatan jenazah, penguburan jenazah (apabila dilakukan penguburan dilaut).
Dalam pelayaran, apabila terjadi hal yang demikian namun tujuan kapal dapat dijangkau dalam waktu dekat, maka hal tersebut tidak menjadi masalah.
Hal yang mendapat perhatian khusus adalah perlunya dilakukan "penguburan dilaut" atas jenazah.

Penentuan "opsi" tersebut menjadi pilihan terakhir mana kala kapal dalam pelayaran samudera dan/atau korban meninggal karena infeksi penyakit menular yang sangat beresiko terjadi penularan terhadap awak kapal/penumpang yang lain.

Tata cara penguburan jenazah dilaut, yaitu:
  1. Mayat dibalut dengan kain (apabila ada menggunakan kain kafan) yang rapi dan dimasukkan dalam karung kanvas.
  2. Kaki jenazah diberikan peemberat atau timah yang dijahit dan tidak mudah lepas.
  3. Pada sisi buritan kapal (yang ditentukan sebagai tempat menguburkan jenazah) disiapkan papan luncur setinggi relling kapal.
  4. Dilakukan aktifitas seremonial dan penghormaatan oleh seluruh awak kapal dengan dipimpin oleh nakhoda atau perwira lain yang mewakili.
  5. Kapal dihentikan sementara untuk memberikan penghormatan terhadap jenazah.
  6. Jenazah dibaringkan dan diluncurkan perlahan kedalam laut.
Tata cara tersebut diatas adalah hal yang umum dilakaukan dalam penguburan jenazah dilaut. Hal tersebut terlepas dari tatacara penanganan jenazah sesuai dengan syariat  yang diajarakan dalam masing - masing agama yang ada. Tentunya pada masing - masing agama memberikan tuntunan yang baik terhadap para pengikutnya.

Artikel ini ditulis sebagai media belajar pada sudut pandang yang umum. Terlepas dengan ajaran agama apapun.
Terkait dengan pemahaman agama terhadap penanganan jenazah, dikembalikan pada pribadi masing-masing sesuai dengan keyakinan yang dianut.

Tidak ada unsur lain.
Terima kasih.

Kapal merupakan salah satu jenis alat transportasi air yang melakukan mobilitas menggunakan mesin (sarana alat transportasi air yang tidak menggunakan mesin disebut tongkaang). Operasional mesin penggerak dalam air yang memungkinkan perpindahan kapal menemui begitu baanyak resiko.
Jenis resiko tersebut cukup beragam dengan berbagai ancamannya. Terlebih yang berkaitan dengan ancaman keselamatan orang dan/atau barang.

Secara teknis, salah satu jenis resiko yang mungkin terjadi atas mesin penggerak kapal adalah terjadinya belitan tali jaring pada poros propeller.
Jenis reskko tersebut cukup memberikan "ancaman" dengan berbagai kerugian yang dirasakan diatas kapal dalam operasional kapal.

Beberapa dampak buruk dari kejadian tersebut diatas adalah,
  1. Putaran mesin menjadi tertahan. Dengan putaran tertahan maka kecepatan kapal akan semakin berkurang.
  2. Memberikan efek resistansi terhadap putaran poros mesin. Resistansi yang dimaksud akan menambah beban mesin menjadi semakin berat dan tidak sebanding dengan tenaga yang seharusnya dihasilkan. Kondisi "tertahan" akan mengakibatkan mesin menjadi relatif panas saat operasional.
  3. Konsumsi BBM semakin meningkat pada putaran yang sama dengan kecepatan kapal yang tidak sebanding.
Belitan tali dan jaring pada poros propeller. (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)


Beberapa jenis resiko tersebut memiliki dampak negatif terhadap kelancaran kapal pada umumnya serta dampak negatif terhadap operasional mesin pada khususnya.
Apabila terjadi hal tersebut, setidaknya ada beberapa indikasi yang umumnya "dirasakan" pada saat operasional mesin.
  1. Kecepatan kapal menurun secara tiba-tiba pada operasional putaran mesin yang sama.
  2. Pada putaran meain yang sama, teridentifikasi komsumsi BBM yaang lebih banyak serta terjadi peningkatan temperatur kerja pada masing - masing sistem mesin.
  3. Terjadi peningkatan arus (yang terbaca pada ampere-meter) pada elektro motor penggerak turning gear pada saat proses turn engine.
Dampak negatif tersebut diatas harus dihindari untuk meminimalkan resiko dampak negatif yang akan diterima dalam operasional kapal.

 






Kisah dua langkah (Foto by: Dokumentasi pribadi penulis)